Rabu, 12 Januari 2011

Resep Serba Cokelat

PERMADANI INDAH
BAHAN : Permadani
75 gram tepung terigu
200 ml susu cair
1 sdm gula pasir
1 butir telur
1 sdm margarine leleh
3 sdm cokelat meyses warna-warni
1 liter es krim WALL'S chocolate Blizard
Hiasan : whipping cream, cokelat leleh dan stroberi segar.
CARA MEMBUAT :
1 Permadani : campur tepung terigu dengan susu cair, gula pasir, aduk rata, masukkan telur dan margarine leleh, aduk rata. Siapkan wajan pipih ukuran 20 cm buat dadar tipis taburi dengan cokelat meyses warna warni.
2 Penyajian : siapkan pinggan kecil, taruh dadar, beri 2 skup es krim WALL'S chocolate Blizard, hias dengan whipping cream, cokelat leleh dan stroberi segar.
3 Sajikan segera.

Untuk : 6-8 orang

PUDING MOKACINO KARAMEL
BAHAN : Puding untuk isian :
1 bungkus agar-agar bubuk SAGAR warna cokelat
3 sdt bubuk kopi instant, 150 gram gula pasir
700 ml air
pudding mokacino
1 bungkus agar-agar bubuk SAGAR warna cokelat
700 ml susu cair, 200 gram gula pasir
3 sdt bubuk kopi instant, 1 sdm cokelat bubuk
1 sdm tepung maizena
100 ml krim kental
2 putih telur
Saus karamel :
500 ml susu cair
2 sdm tepung maizena
200 gram gula pasir
100 ml krim kental
Hiasan : jeruk manis dan buah stroberi segar

CARA MEMBUAT :

1 Puding isian : siapkan loyang bentuk segiempat ukuran 20 cm, basahi dengan air, sisihkan campur agar-agar bubuk SAGAR dengan kopi instant gula psair dan air, aduk rata dan masak hingga mendidih, tuangkan kedalam loyang dinginkan setelah dingin, potong dadu 1 cm, sisihkan.
2 Siapkan cetakan puding bentuk cincin ukuran 1250 ml, basahi dengan air sisihkan.
3 Puding mokacino : campur agar- agar SAGAR dengan susu cair, gula pasir, kopi instant, cokelat bubuk dan tepung maizena masak hingga mendidih, angkat, masukkan krim kental, aduk rata, sementara kcocok putih telur hingga mengembang dan kaku. Campurkan kedalam puding aduk rata.
4 Penyelesaian : tuangkan adonan sedikit - sedikit taburkan puding isian, hilangkan uap panasnya dan simpan dalam lemari pendingin.
5 Saus karamel : campur susu cair dengan tepung maizena, aduk rata, panaskan gula pasir dalam wajan, gunakan api kecil hingga menjadi karamel, tuangkan susu cair dan amsak hingga karamel larut dan mengental, masukkan krim kental, masak sebentar, angkat, hilangkan uap panasnya dan simpan dalam leamri pendingin.
5 Sajikan puding dengan saus karamel.

Untuk : 12 potong

CAKE COKELAT IRIS
Bahan:
180 gram kismis
2 butir telur
80 gram gula palem
175 gram tepung terigu
Lelehkan:
200 gram cokelat masak
125 gram mentega
Olesan Penutup:
2 Kuning telur
125 gram gula pasir
50 ml krim kental
200 gram mentega, kocok lembut
150 gram cokelat oles roti
Hiasan: Cokelat masak, lelehkan
Cara membuat:
1 Siapkan loyang segiempat ukuran 20 cm, olesi dengan mentega dan alasi dengan kertas roti. Panaskan oven dengan temperatur 180 derajat Celcius.
2 Kismis rendam sebentar dalam air dan tiriskan.
3 Olesan penutup: Campurkan kuning telur, gula pasir dan krim kental, aduk rata dan tim hingga larut, angkat, dinginkan. kocok mentega hingga lembut, tambahkan cokelat oles dan adonan telur, aduk rata.
4 Kocok telur dan gula palem hingga lembut, masukkan cokelat masak, mentega dan tepung terigu, aduk rata.
5 Tuangkan ke dalam loyang dan panggang selama 30 menit hingga matang, angkat, hilangkan uap panasnya.
6 Setelah kue dingin beri olesan penutup diatasnya, hias dengan cokelat masak dan potong menurut selera.

Untuk: 12 potong

BOLA JERUK MANIS
BAHAN:
6 butir telur
180 gram gula pasir
1 sdt cake emulsifier
150 gram tepung terigu
2 sdm syrup sari jeruk
100 gram margarine, lelehkan
150 gra jeruk manis dalam kaleng
Hiasan :
150 gram cokelat masak "white" lelehkan
essens jeruk secukupnya
kulit jeruk Sunkist, iris dan jeruk manis
CARA MEMBUAT:
1. Panaskan oven dengan temperature 180 derajat Celcius, siapkan loyang bentuk cincin
ukuran 22 cm, olesi dengan margarine dan taburi tepung terigu, sisihkan.
2. Kocok telur bersama gula pasir dan cake emulsifier hingga mengembang dan lembut.
3. Masukkan tepung terigu, aduk rata, tambahkan margarine leleh, aduk rata.
4. Tuangkan sedikit-sedikit kedalam loyang dan taburi jeruk manis, lakukan bergantian dan
panggang selama 45 menit hingga matang, angkat.
5. Setelah dingin hias dengan cokelat masak "white" irisan kulit jeruk Sunkist dan jeruk
manis.
6. Sajikan sebagai teman minum teh atau kopi.

Untuk: 20 potong
(seluruh resep yang ditampilkan diambil dari transkripsi program tayang Indosiar)

WAFEL COKELAT
BAHAN :
200 gram tepung terigu
25 gram cokelat bubuk
1 sdt baking powder
1/4 sdt garam
100 gram gula pasir
300 ml susu cair
4 kuning telur
50 gram mentega cair
2 putih telur, kocok kaku
CARA MEMBUAT :
1. Campur tepung terigu dengan cokelat bubuk, baking powder, garam dan gula pasir, aduk
rata.
2. Masukkan susu cair dan kuning telur, aduk rata, tambahkan mentega cair, aduk rata.
Masukkan putih telur yang telah dikocok, aduk rata dan diamkan selama 15 menit.
3. Siapkan cetakan wafel, olesi dengan sedikit mentega, tuangkan adonan hingga hampir
penuh dan matangkan.
4. Sajikan hangat.

Untuk : 16 potong

CHOCOLATE CHEESE CAKE
BAHAN : Dasar
100 gram biscuit marie, haluskan
100 gram mentega
1 sdt kayumanis bubuk
adonan :
150 gram cokelat masak dark
500 gram cream cheese
100 gram gula pasir castor
2 butir telur
50 gram tepung terigu
1 sdm cokelat bubuk
80 ml yogurt
taburan : cokelat bubuk, gula bubuk dan stroberi segar
CARA MEMBUAT :
1. Siapkan loyang bongkar pasang ukuran : 20 cm alasi dasar loyang dengan aluminium foil.
Panaskan oven dengan temperature 180 Derajat Celcius.
2. Dasar : campur biscuit marie dengan mentega dan kayumanis bubuk, aduk rata dan tata
didasar loyang, padatkan.
3. Adonan : kocok cream cheese dengan gula pasir hingga lembut, masukkan telur dan kocok
hingga rata, tambahkan tepung terigu dan cokelat bubuk, aduk rata, masukkan yogurt dan
cokelat masak yang telah dilelehkan, aduk rata.
4. Tuangkan kedalam loyang dan panggang selama 1 jam, angkat, hilangkan uap panasnya
dan simpan dalam lemari pendingin selama 3 jam.
5. Hias dengan cokelat, gula bubuk dan stroberi.
6. Sajikan dingin.

CAKE LAPIS TABUR ENTING KACANG
BAHAN :
10 kuning telur
6 putih telur
175 gram gula pasir
1/2 sdt cake emulsifier/tbm/sp/ovalet
150 gram tepung terigu
100 gram margarin, lelehkan
pasta moka secukupnya
vanilla nougat :
250 gram cokelat oles roti
150 gram krim bubuk campur dengan 200 ml susu dingin, kocok
300 gram enting kacang, tumbuk kasar
Hiasan : enting kacang dan ceri merah
CARA MEMBUAT :
1. Siapkan loyang bulat ukuran 22 cm, olesi dengan margarine, taburi tepung terigu, sisihkan.
Panaskan oven dengan temperatur 180 derajat Celcius.
2. Kocok telur kuning, putih bersama gula pasir dan cake emulsifier, hingga mengembang dan
lembut.
3.Masukkan tepung terigu, aduk rata, tambahkan margarin leleh, aduk rata, tambahkan
pasta moka, aduk rata dan tuangkan kedalam loyang dan panggang selama 40 menit
hingga matang.
4. Vanilla nougat : campur cokelat oles dengan krim yang telah dikocok, aduk rata.
5. Penyelesaian : potong kue menjadi 3 bagian mendatar, olesi dengan olesan krim, taburi
dengan enting kacang, ratakan susun kembali. Hias seluruh permukaan kue dan taburi
enting kacang dan ceri merah. Simpan dalam lemari pendingin.
6. Sajikan dingin.

Untuk : 12 potong

CAKE ZEBRA BINTIK COKELAT
BAHAN :
300 gram margarin
250 gram gula pasir
1 sdm rum baker
10 butir telur, pisahkan kuning dan putihnya
300 gram tepung terigu
1 sdt baking powder
6 sdm cokelat meyses
adonan cokelat :
3 sdm cokelat bubuk
2 sdt pasta cokelat
CARA MEMBUAT :
1. Panaskan oven dengan temperature 180 derajat Celcius, siapkan loyang bentuk cincin
ukuran 24 cm, olesi dengan margarine dan taburi tepung terigu, sisihkan.
2. Kocok margarin dan gula pasir hingga lembut, masukkan vanili bubuk dan kuning telur
bertahap dan terus kocok hingga rata. Masukkan tepung terigu dan baking powder, aduk
rata.
3. Tambahkan putih telur yang telah dikocok kaku, aduk rata.
4. Adonan cokelat : ambil 1/4 adonan beri cokelat bubuk dan pasta cokelat, aduk rata.
5. Tuangkan 1/2 bagian adonan putih ke loyang, tuangkan adonan 1/2 bagian adonan cokelat
dan taburi dengan 3 sdm cokelat meyses, aduk-aduk buat pola marmer, tuangkan sisa
adonan putih dan adonan cokelat, taburi meyses dan bentuk pola marmer.
6. Panggang selama 45 menit hingga matang, angkat.
7. Sajikan sebagai pelengkap minum teh atau kopi.

Untuk : 16 potong

CHOCO TEA CAKE
BAHAN :
275 gram cokelat masak "dark"
150 gram gula kastor
175 gram mentega tawar
1 sdt vanilla essens
5 butir telur pisah kuning dan putihnya
100 gram tepung terigu
Hiasan : cokelat oles dan gula bubuk dan kue kering
CARA MEMBUAT :
1. Siapkan loyang bongkar pasang ukuran 22 cm, alasi kertas roti, olesi mentega dan taburi
tepung terigu, panaskan oven dengan temperature 180 derajat Celcius.
2.Cokelat masak, gula pasir dan mentega taruh dalam wadah dan lumerkan, aduk rata,
angkat dan hilangkan uap panasnya. Tambahkan vanilla essens, aduk rata.
3. Kuning telur kocok lembut dan tuangkan kedalam adonan cokelat, aduk rata. Masukkan
tepung terigu, aduk rata.
4. Putih telur kocok hingga mengembang dan kaku, campurkan kedalam adonan cokelat, aduk
rata, tuangkan kedalam loyang.
5. Panggang selama 45 menit hingga matang, angkat.
6. Taburi gula bubuk, potong dan sajikan sebagai sajian minum teh atau kopi.

Untuk : 12 potong

PISANG GORENG SAUS COKELAT
BAHAN :
10 buah pisang raja
Minyak untuk menggoreng
Adonan tepung :
250 ml susu cair
125 gram margarine
1 sdm gula pasir
100 gram tepung terigu
4 butir telur
Saus :
250 gram cokelat masak, lelehkan
200 ml krim kental
50 gram gula pasir
50 ml air
Hiasan : buah stroberi segar
CARA MEMBUAT :
1. Didihkan air bersama margarine dan gula pasir, setelah mendidih masukkan tepung terigu,
aduk rata dan masak hingga menjadi pasta adonan yang kalis, angkat.
2. Setelah agak dingin masukkan telur satu persatu dan aduk rata hingga menjadi adonan
yang kental.
3. Saus : campur cokelat masak leleh, krim kental, gula pasir dan air, aduk rata, didihkan,
angkat.
4. Pisang raja potong menurut selera dan panaskan minyak goreng.
5. Celupkan pisang ke dalam adonan dan goreng hingga berwarna kecoklatan, angkat.
6. Sajikan hangat dengan saus cokelat dan hias dengan buah stroberi segar.

Untuk : 30 potong

MOUSSE COKELAT
Bahan :
5 butir telur
80 gram gula pasir
3 sdm gelatin larutkan dengan 50 ml air panas
250 gram cokelat masak lelehkan
250 ml krim kental
Hiasan : whipped cream dan ceri merah
Cara membuat :
1. Kocok kuning telur dengan gula diatas api kecil dengan menggunakan 2 buah wadah, satu
untuk air panas dan satu untuk adonan telur, kocok hingga lembut dan mengembang,
angkat. Masukkan larutan gelatin dan cokelat masak yang telah dilelehkan, aduk rata.
2. Kocok krim kental hingga mengembang dalam keadaan dingin, kemudian campur dengan
adonan telur, aduk rata.
3. Tuangkan ke dalam gelas, dinginkan selama 2 jam.
4.Sajikan dingin hias dengan whipped cream dan ceri merah.

Untuk : 6 gelas

BLACK FOREST TRIFFLE
Bahan : cake cokelat
5 kuning telur dan 3 putih telur
100 gr gula pasir
100 gr tepung terigu
2 sdm cokelat bubuk
100 gram margarine, cairkan
1 kaleng (400 gram) ceri hitam dalam syrup, siap beli
kirchwasser/rum, bila suka
250 ml krim kental, kocok dingin atau dapat menggunakan 100 gram krim bubuk kocok dengan 175
ml susu cair dingin hingga mengembang
Hiasan : irisan cokelat masak dan ceri merah
Cara membuat :
1.Cake cokelat : panaskan oven dengan temperature 180 derajat Celcius, siapkan loyang
segiempat ukuran 20 cm, olesi dengan margarin dan taburi tepung terigu, sisihkan.
2. Kocok gula dan telur hingga mengembang, masukkan tepung terigu dan cokelat bubuk,
aduk rata, tambahkan margarin cair, aduk rata dan tuangkan ke dalam loyang.
3. Panggang selama 30 menit hingga matang angkat, dinginkan dan potong-potong.
4. Siapkan gelas bertangkai, isi dengan potongan kue didasar gelas, tuangkan syrup, ceri
hitam dan rum, bila suka buah ceri hitam krim kental yang telah dikocok dan susun lagi
berurutan, kue, ceri dan krim, simpan dalam lemari pendingin selama 30 menit.
5. Hias dengan irisan cokelat masak dan ceri merah.

Untuk : 6 gelas

Buah Dengan Cokelat Hias
Bahan :
250 gram
3 buah pisang barangan atau pisang ambon
150 gram strawberry, secukupnya
tusukan coktail secukupnya
Cara membuat :
1. Cokelat masak lelehkan.
2. tusuk isang atau strawberry dengan tusukan sate dan celupkan ke dalam cokelat, angkat
lumuri dengan cokelat warna-warni, angkat dan simpan dalam lemari pendingin.
3. Setelah cokelat mengeras sajikan.

Untuk : 5 tusuk


Mangkuk Cokelat Es Krim
Bahan :
250 gram cokelat masak, tim
500 ml es krim moka
Hiasan : Krim dan ceri merah atau hiasan lain menurut selera.
Cara membuat :
1. Siapkan cetakan kecil untuk pai, sisihkan.
2. Cokelat masak ditim hingga mencair, tuangkan ke dalam cetakan dan masukkan ke dalam
lemari pendingin diamkan hingga beku.
3. Penyajian, mangkuk cokelat keluarkan dari cetakannya, isi dengan 1 skup es krim, hias
dengan krim dan ceri merah, segera sajikan.

Cake Cokelat
Bahan:
8 kuning telur
6 putih telur
175 gram gula pasir
150 gram tepung terigu
25 gram cokelat bubuk
1/2 sdt vanili bubuk
150 gram margarin ,lelehkan
Hiasan: potongan cokelat masak
Cara membuat :
1. Siapkan "wonder-pan" ukuran 24 cm, olesi bagian dalam loyang dengan margarin dan
taburi terigu, sisihkan.
2. Kocok telur bersama gula hingga mengembang dan lembut.
3. Masukkan tepung terigu, cokelat bubuk dan baking powder, aduk rata.
4. Tuangkan ke dalam loyang dan panggang selama 30 menit dengan api sedang, hingga
matang, angkat.
5. Dinginkan dan hias dengan potongan cokelat masak.

Untuk : 16 potong

Moka Sponge Cake
Bahan :
6 Butir telur
150 gram gula pasir
1 Sdt cake emulsifier/tbm/ovalet
150 gram tepung terigu
2 sdm susu bubuk
1/2 sdt baking powder
Pasta moka secukupnya
150 gram margarine, lelehkan
Olesan dan hiasan : krim moka
150 gram mentega putih
150 gram magarine
100 gram gula bubuk
50 ml susu kental manis
Pasta moka secukupnya
hiasan : Cokelat masak, lelehkan
Cara Membuat :
1. Panaskan oven dengan temperatur 175 derajat celcius, siapkan loyang segiempat ukuran
24 cm. olesi dengan margarine dan taburi tepung terigu. Sisihkan.
2. Kocok telur bersama gula dan emulsifier hingga mengambang dan lembut. Masukkan
tepung terigu, susu bubuk, dan baking powder. Aduk rata, tambahkan pasta moca
secukupnya. Aduk rata.
3. Masukkan margarine cair, aduk rata. Tuangkan kedalam loyang dan pangang selama 30
menit hingga matang.
4. Setelah dingin potong bentuk segitiga olesi dengan krim hias dan hias dengan potongan
cokelat masak.
5. Simpan dalam lemari pendingin.

Untuk : 12 potong

**(Resep Persembahan indosiar.com)

Selasa, 11 Januari 2011

Lontar Usada Pamugpug

Lontar Usada Pamugpug
Udayana University - The Faculty of Letters

[1b]� Semoga tiada halangan Ini adalah " Pamungkah Bhatara Guru". Media atau sarananya berupa: air tawar yang bening dimasukkan ke dalam tempayan (jun ) dari tanah liat, rajangan daun kemoning, satu buah sajen sesantun yang lengkap, yaitu berupa: beras satu liter, sebutir telur itik, sebutir buah kelapa yang dikupas bersih, kemiri, pangi, sebutir buah pisang, sirih yang telah ditata/ base tampen, pancha phala, bija ratus, benang putih satu gulung kecil, dan buah pinang beserta uang kepeng sebanyak 1700 kepeng. Japa mantranya: " Iki pamungkah Bhatara Guru, saking swargan, pinaraga aku Sang Empu Pradhah, ingiring aku dening Cambra Brag, sakti wisesa, Cambra Brag layahnya rengreng, iniring dening sona satus wulu, blang huyang muser gantung, mapuyang-puyangan, ring hangkon-hangkon, nguniweh blang kuning wlengker, sukunya huyang-huyangan, ki tampak meles arane, nguniweh kiptaka sapta arane layahmu bebed, yan tukar pancasona sakti iki iniring dening babekelan, pancasona padha sapulung, panca ambek lin tigang likur, kari ajeng si pancasona sakti, aken amburu bhuta amburu dengen, amburu wong andesti, anluh asnranjana (Inilah ajaran penolak bencana oleh Bhatara Guru dari sorga: aku adalah perwujudan Sang Empu Pradhah, aku diiringi oleh anjing kurus, yang sangat sakti, seekor anjing kurus, berlidah belang, diiringi seratus delapan ekor anjing, berbulu belang berbintik-bintik, bulat-bulat di bagian pinggang, terutama berbulu belang kuning, kakinya berbulu bercak-bercak bundar, kau disebut Ki Tampek Meles, ataupun kau disebut Ki Pataka Sapta, lidahmu belang. Wahai kau si anjing sakti ingin berkelahi, ini ada bekal untukmu, yaitu pancasona masing-masing segenggam, panca ambek dua puluh tiga, masih ada di depanmu wahai si anjing sakti, burulah para Bhuta, Dengen, manusia sihir, orang berilmu hitam),
[2a]amburu wong amasang papendemen, acep-acepan, umik-umikan, sasawangan, angadakaken panes bhara, rarajahan, ya ngko padha binuru, dening sona satus wulu, manglup alesu tan pagalih. Tan kawasa tumindaka, dungkut sukumu, kukuh tanganmu, bga cangkemmu, beseh atinmu, sawdhang kitanmu, bingung karepmu, sidha punah papaksanmu, waya kita blas, kita tan paksa, i leyak katon dene padha-padha nmu janma, tan kawasa kita masiluman, wus waya nama swaha. Ong sarining puja ya namah, amatenin desti tluh taranjana, amatenin palwasan hili-hili. Ong Gangga Saraswati ya namah. Ong Sadhasiwa ya namah, tutur jati ya namah, sawanekang namah, buru bhuta putih, kala-kali, yaksa-yaksi, pamala-pamali, sampulung (orang-orang yang suka memasang guna-guna, orang yang suka membuat penderitaan besar. Orang-orang itu harus diburu oleh seratus delapan ekor anjing, hingga lesu, lemas bagaikan tidak bertulang. Wahai orang-orang berilmu hitam, semoga kamu tidak bisa bergerak, kakimu kaku, tanganmu kaku, mulutmu bisu, telingamu tuli, matamu buta, hatimu bengkak, pikiranmu hilang, bingung, semoga nafsumu hilang, kalian telah tercerai-berai, kalian tidak sakti lagi, wujudmu sebagai leak akan hilang dan kalian akan terlihat menjadi manusia kembali, kalian tidak bisa lagi bersiluman, telah berhasil dipunahkan. Ya Tuhan semoga doa ini berhasil, membunuh segala macam sihir, ilmu hitam. Ya Tuhan dalam wujudmu sebagai Dewi Saraswati, dan dalam wujudMu sebagai Sadasiwa, semoga doa kami berhasil, mengusir para roh-roh jahat, seperti Bhuta Putih, Kala-Kali, Yaksa-Yaksi, Sampulung-).
[2b]Darah, si kundala si kundali, mwah sakwehing dngen preksa kabeh padha ingiring dening sona satus walu, bengbeng balanira, I Rangdeng Jirah, Ni Calon Arang, Ni Calon Kuning, Ni Balung Kuning. I Macan Angreng, Ni Lenda, Ni Lendi, Ki Balung Kurung, Ni Buta Cremi, Ni Bhuta angadang-adang ring dalan agung, Ni Mahisa Wdhana, padha ngeb tan kawasa tumindakaken sukune, tangane tan kawasa lumimbeyan, socane tan kwasa tuminghal, karnane tan kawasa angrenga, irunge tan kawasa angungas, cangkeme tan kawasa angucap, tan pakarika mayawakta, lesu lipya lumah atinmu tan pangen-angena, uwug layahmu, bhaddisu tuli, kadi tunggak padhamu. Ong Sijabhahi, tan kwasa kita maranin, apan ko anuh desti, anluh awakmu dewek, anranjana awakmu (Darah, Si Kundala Si Kundali, dan seluruh Dengen. Aku diiringi oleh seratus delapan ekor anjing, bersama para pengiringnya menyebar. (Karena itu) I Rangdeng Jirah, Ni Calon Arang, Ni Calon Kuning, Ni Balung Kuning, I Macan Angreng, Ni Lenda, Ni Lendi, Ki Balung Kurung, Ni Buta Cremi, Ni Bhuta Pangadangan, Ni Mahisa Wadana, mereka pada tidak bisa menggerakkan kakinya, tangannya tidak bisa melambai-lambai, matanya tidak bisa melihat, telinganya tidak bisa mendengar, hidungnya tidak bisa mencium, mulutnya tidak bisa bicara, kesaktian dirimu punah, tubuhmu lesu, hatimu lupa dan tanpa pikiran, lidahmu hancur, telingamu tuli, kakimu bagaikan tonggak. Semoga kau tidak bisa mencapai tujuanmu, karena kau menyihir dirimu sendiri,)
[3a]dewek, Ong saselo wangke, tiwang bangke apteng idep, tiwang jangat tan mandi ya, tiwang sagara tan mandi ya, tiwang kbo tan mandi ya, tiwang jaran tan mandi ya, tiwang kdet tan mandi ya, tiwang pamali tan mandi ya, tiwang bga tan mandi ya, i bhuta saliwah tan mandi ya i bhuta latek tan mandi ya, sapakaya magawe tiwang, danawa tan mandi ya, aku jati bhatara guru, anglanglang ring madyapaddha, aku amugpug amunah, si tamisaya, sing angkaranin janma manusa, pugpug punah ta ngko denku, Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang, Wang Yang Ang Ong Mang Ung, Ah Ah, Kdreyah, Ung Ung Mang Bang Sang. Enwrog-enwrog sakti wisesa, saking durggamaya, sing kajoto maka sama sakti, sang hyang prekasa, saala sariyut, mwah sakwehing breghala kabeh, sasiddha karyyane, sira sang calo- (Semoga segala macam penyakit tiwang menjadi punah, seperti tiwang bangke, tiwang jangat, tiwang sagara, tiwang kebo, tiwang jaran, tiwang kedet, tiwang pamali, tiwang bega. Begitu pula roh-roh jahat tidak mempunyai kekuatan lagi, seperti I Bhuta Saliwah, I Bhuta Latek, dan seluruh roh jahat yang menjadi sumber penyakit tiwang, seperti danawa. Aku adalah Bhatara Guru, mengembara ke dunia, aku bertugas mengusir dan memusnahkan para penjahat, orang-orang yang menyakiti manusia, Kalian akan punah oleh kekuatanku. SANG BANG TANG ANG ING NANG MANG SING WANG YANG ANG ONG MANG UNG AH AH, KDREYAH, UNG UNG MANG BANG SANG. Wahai para pengacau yang sangat sakti, dari alam Durga, segala roh jahat yang sakti-sakti, dewa kesaktian, beserta seluruh anak-buahmu, serta seluruh roh-roh jahat pelayan Durga, semoga doaku berhasil. Wahai kau Sang Calo-)
[3b]narang, sakwehing desti kabeh, aja sira wani siddhi gawe, mwah tluh tranjana, apan aku kamulanira bhtari durgga, tan wani ta ngko sakwehing desti tluh tranjana, apan aku sang hyang mahasakti, durggamaya, apa aku amugpug amunah, sakwehing sangti aeng, mwah sakwehing sanjata nira ni calonarang, apan aku wnang, sababekelan I randeng jirah, ni calonarang, ni balung kurung, ni balung kuning, sang macan anggreng, sang bhujangga windu, sang hyang candu sakti, angapih-apih, sang ratu rantek, sang kalika abhang, haywa ta moruk siddha gawe, aja ta kita ulik silih gawe, apan aku amrethana sira, sira maratuning desti, tluh tranjana kabeh, kita winaton denku, yan kita anama desti, anluh anranjana, (n Arang, wahai semua penyihir, janganlah kalian berani lagi berbuat kejahatan, an menjalankan ilmu hitam, sebab aku adalah asal-mulanya Bhatari Durga, maka kalian tidak akan berani lagi kepadaku, wahai semua ilmu hitam, sebab aku adalah Sanghyang Mahasakti, aku adalah Durgamaya, aku bertugas mengusir dan memusnahkan segala macam kesaktian dan keangkeran, dan seluruh senjata Si Calon Arang, sebab hanya akulah yang mampu (mengalahkan) jimat I Rangdeng Jirah, jimat Ni Calon Arang, jimat Ni Balung Kurung, jimat Ni Balung Kuning, jimat Sang Macan Angreng, jimat Sang Bhujangga wisya, jimat Sanghyang Cadusakti, jimat Angapih-apih, jimat Sang Ratu Rantek, jimat Sang Kalika Abang. Janganlah kalian berbuat kerusakan lagi, janganlah kalian berbuat kesalahan lagi, sebab akulah yang menjadi sumber kehidupanmu. Kalian sebagai raja sihir, raja segala ilmu hitam, kalian telah terkalahkan olehku. Jika kalian menjalankan sihir, ilmu hitam,)
[4a] tan tumanah papaksanta, ring awak sariranmu, tka rep sirep kita, tka tulak-tulak sakwehing desti, tluh tranjana, pangemban-pangemban sang bhuta banaspatiraja, sang hyang ngalawati, sang kumbawati, apan aku angaruh kita kabeh, sira pinaka ratuning desti tluh tranjana, yan ana wong andesti, anluh anranjana, wastu ta ngko tan teka maring awak sariranmu, wastu ta ngko den kadhi aku dening watu, wastu den kadhi akmuh dening malela, sinusunira ring awakmu dewek, Om tulak tanggul, ta ngko kala kabeh, jati ring awakmu dewek, ANG ANG ANG, ONG ONG ONG, MANG MANG MANG, BANG, BANG BANG, MANG. Ada lagi Pamugpug Sang Hyang Ghnicandra, mantranya: Ong sang kalacandraghni, candra berawa, Ong Cakraghni srasah, MANG ghni jayeng rat, ANG, (kekuatanmu tidak akan mempan lagi, tidak ada lagi di dalam dirimu, semoga segalanya punah, seluruh ilmu sihir musnah, segala kekuatan yang dibawa oleh Sang Bhuta Banaspatiraja, Sanghyang Ngalawati, dan Sang Kumbawati musnah, sebab aku telah meruwat kalian. Wahai kalian sebagai raja sihir dan segala ilmu hitam, jika ada orang menjalankan sihir dan ilmu hitam, semoga dia tidak akan kembali ke dalam wujudnya sebagai manusia, kalian akan aku kutuk menjadi batu, dikutuk supaya menjadi kotor penuh dengan lumpur, kau menyusui dirimu sendiri, semoga semua tertolak. Wahai para roh jahat (Kala), semoga kalian kembali ke jatidirimu. Ucapkanlah ANG 3 kali, ONG 3 kali, MANG 3 kali, BANG 3 kali, dan MANG. Inilah mantera ajian Sanghyang Ghnicandra: Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Kalacandraghni, Candra Bherawa. Ong adalah Cakraghni srasah, MANG adalah Ghni jayeng rat, ANG)
[4b]ghni muka, ih, ghni muka murtti jati, Ong ghni resya muka, Ong ghni sewaka, Ong ghni bhajra, Ong ghni angalayang, Ong ghni mkah, Ong ghni mirah, Ong ghni puspha jati, ANG ONG MANG, Om murub ring sariraning lidah, ANG, murub ikang ghni bajra ring tinghal, murub ikang ghni muka ring cangkem, murub ikang ghni mrettha tungting nging lidah, murub ikang ghni sewaka ring irung, murub ikang ghni resya muka ring pupusuh, murub ikang ghni angalayang reng tlenging tinghal, murub ikang ghni srasah ring gtih, murub ikang ghni kirah ring hati, murub ikang ghni manila ring inan lima, murub ikang ghni jayeng rat ring dasaring pritiwi, murub ikang satingkebing rat pancering pritiwi jati, murub ikang ghni lodra srasah ring dasaring sagara, murtub ikang ghni wisesa ring dasaring danu, ih ih ih, gseng ikang lara rogha wighna ring puser tasiking sari- (adalah Ghnimuka, IH adalah Ghnimuka murti jati, ONG adalah Ghniresyamuka, ONG adalah Ghniswaka, ONG adalah Ghni bhajra, ONG adalah Ghni anglayang, ONG adalah Ghni mekah, ONG adalah Ghni mirah, Ong adalah Ghni puspa jati, ANG ONG MANG. ONG adalah api yang menyala di lidah, ANG adalah api Ghni bhajra yang menyala di mata, api Ghnimuka menyala di mulut, api Ghnimreta menyala di ujung lidah, api Ghni sewaka menyala di hidung, api Ghniresyamuka menyala di jantung, api Ghni anglayang menyala di hitam mata, api Ghni srasah menyala di darah, api Ghni mirah menyala di hati, api Ghni manila menyala di ibu jari, api Ghni jayeng rat menyala di dasar bumi, api Ghni satingkebing rat menyala di pasak bumi, api Ghni lodra srasah menyala di dasar samudra, api Ghni wisesa menyala di dasar danau, IH IH IH, semoga segala penyakit terbakar di tengah lautan)
[5a]ra, gseng salwiring papa ndrakanira ring kasaktening sarira, gseng salwiring gring agung ring sandining sarira, gseng salwiring papaning apapa, papaning angucap ring gumining sarira, Ong gseng ikang gring ring sarining kulit, MANG, gseng raraning arara ring kawawaning gtih, Ih, gseng narakanira ring suksmaning daging, Wong , gseng salwiring gring ngura ring suksmaning gajih carmma, ONG, gseng salwiring gring ngagung ring kawtuwaning hwat, ONG MANGKARA wastu, aku aku anglekas wateking ghni wisesa, mangurip kulit daging gtih, hwat gajih carmma, sarira bhatara bhayu, miwah bhtara yama, ONG MANG GANG SANG MANG gseng, mangurip manusa, papaning apapa, manusa gring hnyag patladtad, kusta empas, kusta pnyu, kusta banyeh, kusta gtih, kusta babi, kusta pahi, sakwehing kusta bseh, (diri, segala noda dan dosa terbakar hangus di dalam kesaktian diri, semoga segala penyakit kronis terbakar di dalam persukuan tubuh, semoga segala dosa dan kepapaan akibat kata-kata terbakar di bumi diri. (Dengan mengucapkan:) ONG, semoga penyakit terbakar di dalam kulit. MANG semoga penyakit terbakar di kawah darah. IH, semoga dosa-dosa terbakar di dalam daging. WONG, semoga seluruh penyakit di dalam lemak kulit. ONG, semoga segala penyakit kronis terbakar di pangkal urat. ONG MANGKARA, semoga aku berhasil, aku menjalankan ajian Ghni wisesa, menghidupkan kekuatan kulit, daging, darah, untuk menghidupkan manusia, melenyapkan segala kepapaan, memusnahkan segala penyakit manusia, seperti penyakit kusta empas, penyakit kusta penyu, penyakit kusta banyeh, penyakit kusta getih, penyakit kusta babi, penyakit kusta pahi, segala penyakit kusta bengkak, seperti)
[5b]kusta gringsing, kusta bhintang, kusta tembaga, kusta papasangan, kusta alu, kusta jangat, salwiring kusta lumbang, tan tumamahing manusa, padarwwaning dewa, waras salwiring manusa, urip salwiring gumi sarira, janma manusa, matamba gring kagseng, gring katundhung, gring kasengker, aku mangalahang gring agung, salwiring sopamastuning cor, tmah bhujangga lewih, tmah brahmana, kanca desa sakaton, sakatoning lara rogha wighna, alah punah jangkah rebah, gseng anyud kumaritis dadi wringet, apan dewaning ghni angalahang, gring agung, angeseng gring salwiring lara, salwiring papaning apapa, sandhrakaning wong manusa, tka gseng anyud, luhur ring ulu puhun, tka alah, tka bungkah, tka kdas, ikang gring, waluya jati ikang sarira, suksmanira ring sabdha bayu idep, mulih sa- (penyakit kusta gringsing, penyakit kusta bintang, penyakit kusta tembaga, penyakit kusta papasangan, penyakit kusta alu, penyakit kusta jangat, dan segala jenis penyakit kusta menular, tidak lagi menyakiti manusia, berkat kasih dewa, semua manusia menjadi sehat bugar, seluruh organ tubuh menjadi sehat kembali. Manusia terbebas dari penyakit karena penyakit telah terbakar, penyakit telah diusir, dan penyakit telah diproteksi. Aku dapat mengalahkan penyakit kronis, dan segala dosa akibat kutukan oleh para pendeta sakti. Segala penyakit tampak musnah, kalah dan punah hingga hancur ke akar-akarnya, terbakar dan hanyut melalui keringat, sebab telah dikalahkan oleh dewa api, yang telah membakar segala penyakit kronis, membakar segala dosa manusia, semuanya terbakar dan hanyut di atas tempat pembakaran di dalam diri manusia yang dinamakan ulu phun. Semoga segala penyakit dan dosa habis terbakar dan tubuh manusia kembali sehat seperti semula, artinya, semua kembali ke benih suara, ke benih nafas, dan ke benih pikiran, yakni bersatunya kembali-)
[6a]rira ring suksma, mulih maring sabdha, mulih maring bayu, mulih maring idep, ANG ANG ANG UNG MANG ONG, mulih maring suksmaning sang hyang ghni puspha jati, ring murttining idep, mulih maring swargganing surapathi, ika suksmaning idep, ika putusing ghni, putusing lara, putusing tamba, ika swargganing I bapa, ni meme, ika pagnahan I kaki, ni dadong, ika maka swargganing sabdha, swargganing bhayu, swargganing idep, swargganing ajnana, mulih tunggal dadi sawiji, ika ingaranan sura wdhu, ika mawak pritiwi, rumawak akasa, slaning ika maniking na hulu dadi suryya, bungkahning ika manikaning lara, dadi hyang rathih, titiing ika ndadi bintang damuh, kawruhakna ring raghanta. Poma. (badan jasmani dengan badan rohani, kembali ke benih suara, kembali ke benih nafas, dan kembali ke benih pikiran. (Dengan mengucapkan:) ANG ANG ANG UNG MANG ONG, semoga hakikat api Sanghyang Ghni puspa jati kembali ke benih pikiran, kembali ke sorga Dewa Indra. Itulah yang dinamakan rahasia budi, itulah yang disebut kekuatan api di dalam diri manusia, kekuatan untuk mengalahkan penyakit, kekuatan yang dapat dijadikan obat penawar, sebagai sorga tempat tinggal Bapa dan Ibu Ilahi, Kakek dan Nenek Ilahi, sorga benih suara Ilahi, sorga benih nafas Ilahi, sorga benih pikiran Ilahi, sorga budi Ilahi, kembali menunggal menjadi satu, itulah yang dinamakan Surawadhu, yang kemudian berwujud bumi, langit. Di antara bumi dan langit itu terdapat manikam Na berkepala yang kemudian menjadi matahari. Di bagian pangkalnya terdapat manikam Lara yang kemudian menjadi bulan. Aliran airnya menjadi embun bintang. Ketahuilah itu ada di dalam dirimu! ...) Sebagai materi atau bahannya adalah: air tawar yang bening ditaruh di dalam buyung (jun tanah liat), rajangan (samsam) bunga pucuk arjuna, daun temen, rajangan daun endong bang, bras merah, sasantun secukupnya, beserta perlengkapan sesantun.
[6b]� Dan uang kepeng 2700 buah. Sesajennya berupa dua buah tumpeng berwarna merah, pucak dari tumpeng diisi nasi beras hitam. Sebuah sampian beras andong bang, ayam berbulu merah (biing) dipanggang, jejeroan rempelanya dipanggang. Sesajen itu semuanya dialasi dengan klatkat sudamala. Mantranya: "Ih sang kala ghni lodra, iki tadah cacaronta, gseng ikang gring, poma, poma, poma" (Wahai Sang Kala Ghni Lodra, makanlah sesajen yang dipersembahkan untukmu, dan bekarlah penyakit itu”. Setelah mengucapkan mantra, sesajen dibuang ke prapatan jalan. Sedangkan air yang ada di dalam buyung (jun) dipakai memandikan orang yang sakit, sebagaimana halnya orang mandi. Ini ada lagi Panca Ghni, media sarananya bebas (apa saja boleh digunakan). Mantranya: ANG UNG MANG, ANG uriping brahma, UNG uriping wisnu, MANG uriping Iswara, idep aku angerehang Sang Suksma, ngawijilaken ghni panca, SANG BANG TANG ANG ING, Ong ghni putih mtu ring pupusuh, angeseng sahananing durgga tka saka wettan, mtu gseng, gseng, gseng. ONG ghni abhang mtu ring hati, angeseng sahananing durgga tka saka kidul, mtu gseng gseng gseng. ONG ghni (Dengan mengucapkan aksara suci ANG UNG MANG:) Ang adalah perwujudan Dewa Brahma, UNG adalah perwujudan Dewa Wisnu, MANG adalah perwujudan Dewa Iswara, bayangkanlah bahwa aku telah menjalankan kekuatan sukma ilahi, untuk mengeluarkan lima jenis api, dengan aksara suci SANG BANG TANG ANG ING. Ya Tuhan semoga api putih keluar di jantung, membakar segala penyakit yang datang dari timur. Api merah keluar di hati, membakar segala penyakit yang datang dari selatan).
[7a]kuning mtu saking ungsilan, angseng sahananing durgga tka saka kulon, mtu gseng, gseng gseng. Ong ghni ireng metu saking ampru, angeseng sahananing durgga tka saka lor, mtu gseng gseng gseng. Ong ghni manca warnna ring tumpuking, angeseng sahananing durgga tka saka ring tengah, mtu gseng gseng gseng. Ong ghni pangrenga mtu ring karnna, ghni tinghal mtu ring socca, ghni Ongkara ring irung, ghni maya mtu ring tungtung nging lidah, angeseng sahananing tuju tluh tranjana, desti moro tiwang sampulung, babahi, sahananing lara roga, ring kulit ring daging, ring otot ring balung, ring sumsum, kalebur kagseng denira sang hyang aghni sabwana, mtu gseng gseng gseng. Ong ghni sabwana murub makabar-makar, murub sira angebekin pakaranganku ne, yen ana wong ala pakane, ala kira-kirane, wastu kita gseng manda- (Api kuning keluar dari ginjal, membakar segala penyakit yang datang dari barat. Api hitam keluar dari empedu, membakar segala penyakit yang datang dari utara. Api berwarna lima (campuran dari warna putih, merah, kuning, dan hitam) keluar di tumpukan hati, membakar segala penyakit yang datang dari tengah. Ya Tuhan, semoga api Pangrenga (sinar pendengaran) keluar di telinga, api Tinghal (sinar penglihatan) keluar di mata, api Ongkara keluar di hidung, api Maya keluar di ujung lidah, membakar segala penyakit tuju akibat sihir dan ilmu hitam, seperti penyakit tiwang serta penyakit akibat guna-guna, baik penyakit yang ada di kulit, di daging, di urat, di tulang, di sumsum, dimusnahkan dibakar oleh dewa api yang dinamakan Sanghyang Ghni Sabwana. Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Ghni Sabwana yang berkobar, menyala memenuhi ragaku, jika ada orang berniat jahat, semoga kau terbakar menjadi)
[7b]di awu, sing angungkulin sing anulubin, waluya gseng mamnadadi awu, mtu gseng gseng gseng, apan geni murub ring harepku, ring kiwa ring tngenku, ANG AH, ANG AH, ANG AH, aku pangalah sakti (abu, setiap orang yang melangkahi ataupun yang masuk di bawahku, akan terbakar menjadi abu, sebab ada api berkobar di depanku, di sebelah kiri dan kananku. (Dengan mengucapkan aksara suci:) ANG AH ANG AH ANG AH, aku adalah penakluk sakti). Ini adalah Astu Pungkuh, penolak segala penyakit dan cemar. Sarananya berupa air tawar dimasukkan ke dalam sangku, buatkan rajangan dari daun dedap, bhija (beras) putih. Keduanya dimasukkan ke dalam sangku yang telah diisi air. Japa mantranya: Ong wastu pungkuh dangarcaya ya siwah, astu bhatara siwa, angluaraken sakwehing lare mtu aku wala waddhi, kasungsang carik, katadah kala, katiti bhaya, kabanda bandana, katadah kala, kalwarana dening bhatara siwa, maka nguni mtu kadana kadini, pamtuning jong ngunting-ngunting, sara padha tunggaking wareng, prawu sarat panya, buncing kembar, kang trisula, kresna bala dewa, sanak pandawa uruju, tulaking kdhukan, kama jaya kama ratih, kalwa- (Ya Tuhan, inilah ajian Astu Pungkuh, hormat hamba kepada guru besarku, semoga Bhatara Siwa memberkati, membebaskan diriku dari segala penyakit akibat kutukan ataupun akibat gangguan roh-roh jahat, semoga Bhatara Siwa membebaskan diriku dari segala penyakit akibat guna-guna, seperti guna-guna jong ngunting-ngunting, guna-guna perahu sarat panya, guna-guna buncing kembar, guna-guna trisula, guna-guna kresna bala dewa, guna-guna sanak pandawa uruju, guna-guna tulak kedukan, guna-guna kamajaya kamaratih).
[8a]rana dening bhatara siwa, yan ka toya ka gangga dewi, ka pangawan, ka sambet ring glap, ka pritiwi ka catur loka, ka guru paduka, ka clapati, ka upaya pati, ka ayap kala, katadah kala, kalwaran dening bhatara siwa, maka uni wtu uku wala waddhi, sinta landep, ukir, kurantil, tolu, gumbreg, warigha, warihadyan, julungwangi, sungsang, dungulan, kuninbgan, langkir, mdangsya, pujut, pahang, krulut, mrakih, tambir, mdangkungan, matal, uye, mnahil, prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut, watugunung kalwarana denoing bhatara siwa, yan katibanan saraswati, katibanan dangdang, sathasah saking guwungan, salakunang, yan karubuhan padha ring ngana lumbung, karubuhan sanggar, (Semoga pula semua penyakit dihindarkan oleh Bhatara Siwa, baik penyakit akibat kutukan Dewi Gangga, Dewa Sungai maupun akibat kutukan disambar petir, ditelan bumi, dikutuk guru, diincar dan dimangsa roh-roh jahat. Semoga Bhatara Siwa membebaskan segala penyakit akibat gangguan wuku (nama-nama hari yang berjumlah tiga puluh), yaitu Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadean, Julungwangi, Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Krulut, Mrakih, Tambir, Medangkungan, Matal, Uye, Menahil, Perangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Kelawu, Dukut, Watugunung. Begitu pula penyakit akibat kutukan Dewi Saraswati (Dewa Ilmu Pengetahuan), penyakit akibat ditimpa alat masak, sakit akibat diterjang ayam yang terlepas dari sangkar, serta penyakit akibat jatuh dari lumbung, jatuh di tempat suci keluarga),
[8b]kagunturaning hod, karubuhan kayu agung, kapancingan buron, kapancingan kakuwung, kapancingan caraking tahun, kapancingan linus, kaghne kalebon amuk, kalwarana dening bhatara siwa, nguni ika lemah sanggar lemah mbang, lemah mdek, balembong caraking tahun, setra wates pabajangan, pakatkan pamenggahan agung, pahumbukana bhuta, samur pangkung jurang rejeng atukad bangka batu lumbang palungguhaning bhuta, pisaci pisaci, dngen sampulung, pamala pamali, ngdo kpuh karameyan, alas agung padha dawa, pawubaning bhutakala dngen, undung-undung silunglung watu tinumpuk, parang rejeng, lemah gigiring sampi, amundhuking lebuh, lemah mendek, ucur-ucur balembong caraking tawun, paguyanganing warak, pasrukaning landak, lemah anggawe (sakit akibat diterjang banjir, sakit akibat ditimpa pohon tumbang, sakit akibat digigit binatang maupun sakit akibat gigitan hewan-hewan berbisa, semuanya diruwat oleh Bhatara Siwa, terutama penyakit akibat gangguan roh-roh halus yang bersemayam di kuburan, di persimpangan jalan raya, di sumur, di kali, di jurang, di sungai mati, di batu besar, di tempat-tempat roh jahat, seperti Bhuta, Pisaca, Pisaci, Dengen, Sampulung, Pamala-Pamali, Bhutakala, Dengen, Undung-undung pada mengungsi ke batu-batu, jurang-jurang, ke ladang penggembalaan sapi, ke rawa-rawa tempat badak merendam tubuh, ke lobang-lobang landak, tempat-tempat),
[9a]ning kapitan, kela kapitan, yan yan uta-utu agung kabuyutthan, tanananing saupatakaning uphata, upadarwwaning cor, gagodhan bancana, apenala ujar ala, muksah hilang dening kidul, kaki sarayu, kalwarana dening bhatara siwa, makanguni sakryaning upaya durjjana dusta, ctik racun, upas buntek, basang-basang, upas wat warangan, desti tiwang moro tluh tranjana, kalwarana dening bhtara siwa, uniwehaning atma candala papa, mijil saking samayaning loka, cebol, mbor, bhuta, plud, kicer, borang, sudat, dileng, ba, bisuk, sombeng, bengior, prut, bongol, pancek curek, gondhong, pela, sunggaran, lawedig, brekut, borok, kipak, kiting, kutung, tuna, juget, (yang dapat menimbulkan gangguan penyakit. Jika ada gangguan akibat kutukan dari para leluhur, kutukan akibat sumpah, godaan bencana, kutukan akibat kata-kata kotor, semoga pada hilang musnah, hanyut ke selatan melalui sungai Sarayu, diruwat oleh Bhatara Siwa, terutama penyakit-penyakit yang diupayakan oleh orang-orang jahat, baik akibat racun, bisa, maupun guna-guna dan ilmu sihir, dimusnahkan oleh Bhatara Siwa. Terlebih lagi dosa-dosa bagi arwah orang-orang nista yang lahir ke bumi menjadi manusia cacat, seperti orang cebol, buta, mata melotot, mata deleng, mata sudat, bibir sumbing, perut buncit, telinga tuli, curek, gondok, kulit keriput, luka borok, jari-jari putung),
[9b]udug, edan, busung, kahangan, ayan, ckehan, manjukuming, banang, bluh, beseh, ungkuk, darih, tapas, bulenan, dyag, tubug, tunjuk, bteg, buyan, sangar, rumpuh, cebol, dengkek, blang, parang, koreng, kalebura, kalukata denira sang hyang wastu pungkuh, dangascaryya, kalwarana dening bhtara siwa, kasaksenan denira sang hyang triyoddhasakti, bro bhumi rapuh, candra rakta agni yasa manili, ratri wisandyan anincah, kajnengana dening sapta resi, panca resi, karawetana dening sang hyang mandi raksa, sang hyang taya, sang hyang candu sakti, kawastu wanana dening sang hyang saraswati, kalukat kalwarana kang arupa jati, tanana mandi-mandi, tanana tulah-tulah, sapa-sapa, swati dirggayu- (perut besar, gila, epilepsi, batuk, bengkak-bengkak, punggung bongkok, panu, biri-biri, lumpuh, stroke, kulit belang, kulit keras, gatal-gatal, semoga semua dapat dilenyapkan oleh kekuatan ajian Astu Pungkuh, atas restu guru besar, diruwat oleh Bhatara Siwa, disaksikan oleh Dewa Matahari, Dewa Bumi, Dewa Bulan, Dewa Api, siang malam, direstui oleh ketujuh pendeta sorgawi, dan lima resi sorgawi, diruwat oleh kekuatan ajian Sanghyang Mandiraksa, Sanghyang Taya, Sanghyang Cadusakti, direstui oleh Sanghyang Saraswati, diruwat dibebaskan sehingga kembali sehat seperti semula, terhindar dari gangguang guna-guna, terhindar dari kutukan-kutukan, semoga berumur panjang)
[10a]sa purnna jati, dening sang hyang wisnu murtti jati, swasti swaha (dan sempurna kembali, oleh kekuatan Sanghyang Wisnumurti). Itulah puja Sang Hyang Wastu Pungkuh. Ini adalah Danur Weddha, penolak segala wabah dengan menggunakan sarana air yang dimasukkan dalam buah kelapa dan juga bisa menggunakan meswi (massoia aromativa Becc.). Adapun japa mantranya sebagai berikut. Ong pritiwi pinaka pangadegan ingulun, akasa pinaka panjengan ingulun, kadhi amanah angagem sanjataning dewata kabeh, duppa, danda, trisula, moksala, konta, gaddha, bayubhajra, gunung, sing kala dangastra, skarura kenjoti, sun panahaken ring pritiwi, bubur ikang pritiwi, sun panahaken ring akasa, buntal ikang akasa, sun panahaken ring sagara, asat ikang segara, sun pnahaken ring gunung, rubuh ikang gunung,sun panahaken ring durgga kalika, ruwaten durgga kalika, sun panahaken ring pepelika wewelika, ruwaten pepelika wewe- (Dengan mengucapkan mantra suci ONG, bumi adalah ragaku, langit adalah pusaka saktiku, bagaikan panah, memegang senjata para dewa, seperti senjata dupa, senjata danda, senjata trisula, senjata moksala, senjata konta, senjata gada, senjata bayubajra, senjata panah gunung, senjata panah kaladangastra, dan senjata panah sekar ura kenjoti, jika aku panahkan ke bumi, bumi pun hancur. Jika aku panahkan ke langit, langit pun pecah. Jika aku panahkan ke laut, air laut akan surut. Jika aku panahkan ke gunung, gunung akan roboh. Jika aku panahkan ke roh-roh halus, seperti Durga Kalika, maka Durga Kalika akan teruwat. Jika aku panahkan ke roh-roh halus, seperti Pepelika dan Wewelika, mereka akan teruwat).
[10b]lika, sun panahkaken ring satru musuhku, lebur tan pasesa ikang satru musuhku. Ong kami siddhi tan atmahan ajanma, ring tuju tluh tranjana, desti upaya krya upaya, ujar ala, ipen ala, Ong aji danurweddha, para satata, rep sirep, rep sirep, rep sirep (Jika aku panahkan kepada musuhku, maka musuh-musuhku akan hancur tiada tersisa. (Dengan mengucapkan aksara suci:) ONG, semoga aku berhasil, tidak menjadi manusia yang mudah diganggu oleh penyakit tuju, penyakit akibat ilmu sihir, penyakit akibat guna-guna, penyakit akibat perbuatan orang-orang jahat, penyakit akibat salah berkata, penyakit akibat mimpi buruk. ONG adalah ajian Danurweda, semoga berhasil dan musuh-musuh tunduk). Ini adalah pencabut orang kena guna-guna. Sarananya, air tawar dimasukkan ke dalam buah kelapa yang berwarna hitam dipotong ujungnya hingga berlubang dan alasnya dipotong sedikit hinga buah kelapa itu bisa tegak berdiri (sibuh cemeng). Tuangkan air tawar ke dalam sibuh sebanyak tiga kali, dalam kalipatan hitungan yang ketiga sibuh menjadi penuh. Kemudian masukkan bunga barwarna merah, kuning, dan putih ke dalam sibuh. Selanjutkan rapalkan japa mantra ini: Ong pritiwi akasa, sakalangan, apan aku anambanin janma buduh, apan aku amugpug sakwehing gunna, gunna sasapi, gunna pelet, gunna saliwah, guna ireng, gunna boolot, tka pugpug denku, tka waras. Ong sya megha, sya tamba, sya larane syanu, lamun ko mtu tan pahari-ari, kwasa ngko anglaranin, (Dengan mengucapkan aksara suci: ) ONG, bumi dan langit menjadi terang benderang, sebab aku sedang mengobati orang gila, aku sedang menaklukkan segala macam guna-guna, seperti guna-guna sesapi, guna-guna pelet, guna-guna saliwah, guna-guna ireng, guna-guna bolot, semua itu tunduk olehku, dan pasienpun sembuh. Ya Tuhan, semoga penyakit si pasien hilang. Jika kau lahir tanpa tembuni, bolehlah kau menyakiti)
[11a]tan kapugpug kita denku, sang kama putih, sang kama bang, sang kama gading, ngko tka pugpug punah, ngko tka pupug punah, ngko tka pugpug punah, urip syanu, apan aku amugpug gunna sundda, gunna jaran guyang, gunna latih, gunna ambar, satus dwalapan warnnaning gunna, tka bya bya. Ini adalah Pamugpug Sang Hyang Dharmma. Japa mantra yang harus dirapalkan sebagai berikut. Ong nini mala tan pangungku sang hyang dharmma, sing ngadeg rubuh, sing kotal rempak, apan aku sang hyang dharmma, tumurun aku sang mpu pradah, saking swarggan, mayogha aku ring akasa, arupa aku bhatara siwa, maglang maslimpet asawiloman, mahanting-anting matrinayana, macatur bhuja, angagem hulun sanjataning prewatek dewata kabeh, bhajra, duppa, danda, moksala, pasa, angkus, cakra, trisula, padma, dedeh ikang priti-
[11b]wi, bubar ikang akasa, ocak ikang sagara, rubuh ikang gunung, remrem sang hyang reditya, ulan lintang tranggana, geger prewatek deata kabeh, catur lukapala, iswara, nahisora, brahma, ludra, mahadewa, singkara, wisnu, sambu, siwa, korsika, gargga, maitri, kurusya, prathanjla, indra, bharuna, kowera, yamma, bhewarnna, makanguni widyadhara widyadhari, bhaghawan wraspatiraja, sami tumon ring kasaktyan ingulun, hulun agempung amugpug amunah, sagunna pangaruhe ni calonarang, ya ta ni calonarang, duk sira mayoga ring setra ghandamayu, angeseng kang janma manusa kabeh, asanjata sira bhuta-bhuti, yaksa-yaksi, pisaca-pisaci, desti tuju tluh tranjana, dete-daitya, danawa, gseng kang
[12a]janma manusa kabeh, mayogha tang hulun manih. Ingurip kang wong kabeh, mayogha tang hulun arupa bhatara guru, mapunya tang hulun madana nortti, mawewehan masloka, masrutthi majapa mantra tang hulun, waluya urip kang janma manusa, gempeng-gempung dete-daitya, danawa, bhuta bhuti, yaksa yaksi, pisaca pisaci, desti tuju tluh tranjana, maring lara rogha ning janma kabeh. Ong gangga ya namah swaha, mider tang hulun anunggang lembu putih, akalihan lan sri mahadewi, pinayungan dening garuddha, ingiring hulun dening dewata nawasangha, tkaning sad kahyangan, ring arepku bhuta saha sanjata, mayoga tang hulun, anglu ta mala pathakaning janma manusa kabeh, atapakan bhuta sakoti-koti, amatenning (semua orang. Aku beryoga lagi untuk menghidupkan semua orang. Aku beryoga seperti Bhatara Guru, aku melakukan perbuatan sedekah, memberikan bantuan pertolongan, aku melakukan japa, merapalkan doa, maka orang-orang pun hidup kembali. Para roh-roh jahat, seperti Detia, Danawa, Bhuta-Bhuti, Yaksa-Yaksi, Pisaca-Pisaci, ilmu sihir tidak lagi menyakiti manusia. Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Dewi Gangga semoga aku berhasil. Aku berkelana menunggang sapi putih, berduaan dengan Sri Mahadewi, aku memakai payung garuda, aku diiringi oleh sembilan dewa, dan juga para dewa di keenam tempat suci. Di hadapanku adalah roh halus berupa Bhuta bersenjata. Aku beryoga, meruwat noda dan dosa orang-orang, aku beralas kaki berpuluh-puluh ribu roh-roh halus),
[12b]ni calonarang, pjah ni calonarang matmahan awu, amyogha tang hulun malih, angurip ni calonarang, arupha hulun sang hyang tunggal, hana ta wisesa, waluya urip ni calonarang, mapuspa mandilah, ring pinakang hulun, ayogha hulun malih, ONG MANG ONG MRENG, ih ya ta ni calonarang, pamulih kita maring purwwa desa, anembah kita ring bhatara iswara, haywa tan pangastya ring katuturanira sang hyang dharmma, tutur-tutur haywa lali, menget-menget haywa lupa, lukat-lukat mala pathaning janma manusa kabeh, suruddhakna salwiring gunna pangaruhmu, krya upaya desti tuju tluh tranjana, dete-daitya danawwa, nebo ring kita, wastu ta ngko tan tumamah sagunna pangaruhmu ring sariran ni ngulun, yan ko sumurup soring sagara, wasdtu ta ngko mtu wetan pupug wetan (untuk membunuh kekuatan Ni Calon Arang. Ni Calon Arang mati terbakar menjadi abu. Aku beryoga lagi untuk menghidupkan Ni Calon Arang. Aku berwujud Sanghyang Tunggal, dengan kekuatanku, maka Ni Calon Arang hidup kembali, menyembah mohon ampun di hadapanku. Aku beryoga lagi. (Dengan mengucapkan aksara suci: ) ONG MANG ONG MRENG, aku berkata wahai kau Ni Calon Arang, pulanglah kau ke desa di sebelah timur, menyembahlah kau kepada Bhatara Iswara. Janganlah kau tiada menuruti ajaran Sanghyang Dharma, ingat-ingatlah jangan lupa, ruwatlah noda dan dosa-dosa manusia, berhentilah kau menjalankan segala guna-gunamu, dan juga ilmu sihirmu. Roh-roh jahat seperti Detia dan Danawa akan menjadi pelayanmu. Semoga kekuatan ilmu sihirmu tidak mempan terhadap diriku. Jika kau menyusup ke dasar samudra, lalu muncul di timur, semoga kau lenyap di timur),
[13a]mtu kita kidul, pupug kita kidul, mtu kita kulon, pugpug kita kulon, mtu kita lor, pugpug kita lor, mtu kita ring tengen, apan aku bhatara guru, tan kena ring samudra, kumlem aku tan ales, awali ya tang hulun mannih, andadya raja yoghya, sungakna ring kami, apan hulun amugpug gunna pangaruhmu, yan tka ring dalem kapatyasta, andadya kita wakul, lampus saka gumma karyyanta, aturakna ring kami, apan hulun anglukata, samalaning wong kabeh, amugpug sagunna pangaruhmu, jeg aku sakti, hyang tan patdewata, hyang tan pakahyangan, aku sakti suka samalaning huning, ja (jika kau keluar di selatan, kau akan lenyap di selatan. Jika kau keluar di barat, kau akan lenyap di barat. Jika kau keluar di utara, kau akan lenyap di utara, sebab aku adalah perwujudan Bhatara Guru, aku tidak bisa tenggelam di samudra, aku tidak bisa basah. Aku beryoga lagi, aku mohon restu, sebab aku sedang memusnahkan pengaruh guna-guna. Jika masa ajalmu datang, kau akan menjadi bakul, setelah kau mati, serahkan semua kekayaanmu kepadaku, sebab akulah yang meruwatmu, membebaskan dosa-dosa semua orang, memusnahkan guna-gunamu. Aku adalah perwujudan sakti, dewa tanpa istana, aku memiliki kesaktian selama-lamanya”...). Jenis pamugpug yang ini lain lagi. Menggunakan sarana air tawar, dimasukan kedalam tempayan yang belum pernah dipakai, samsam atau rajangan daun kayu dedap, buah tibah/noni, daun pohon temen, bunga pucuk, hidangan makanan selengkapnya, 170 uang kepeng, sajen canang mraka, buah-
[13b]� buahan, dan ditambahkan lagi 66 uang kepeng. Yang ini juga jenis pamugpug. Adapun sarana atau jejatonnya, yaitu, air tiga warna (merah, putih, dan hitam), rajangan samsam dari daun kayu kamurugan, kayu tulak, kayu tawa, pisang sabha, air kelapa muda. Semua bahan ini diucampur dan diaduk-aduk, dengan arah putaran ke kiri, yang dilengkapi dengan satu buah sesantun yang lengkap: beras 6 liter, ketan 6 liter, injin 6 liter, 250 uang kepeng, seutas benang putih (tukel). Adapun mantera yang harus dirapalkan: Om tuju tluh tka saka wetan, pamulih kita mangetan, putih rupanta, tuju tluh tka saka kidul, pamulih kita mangidul, abhang rupanta, tuju tluh kita saka kulon, pamulih kita mangulon, kuning rupanta, tuju tluh kita saka lor, pamulih kita manglor, ireng rupanta, tuju tluh mtu kita ring tengah, amanca warnna rupanta, pamulih kita maring sabrang mlayu, ring cempa kling jamurdhipa, tuju ning hyang tuju ning manusa, tuju ning pama- (Ya Tuhan, semoga penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari timur kembali ke timur, warnamu putih. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari selatan kembali ke selatan, warnamu merah. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari barat kembali ke barat, warnamu kuning. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari utara kembali ke utara, warnamu hitam. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari tengah kembali ke tengah, warnamu lima macam, kembalilah kau ke negeri seberang, seperti Melayu, Campa, Keling, Jamurdipa. Semua jenis penyakit tuju, baik penyakit tuju akibat ulah dewa, penyakit tuju akibat ulah manusia, maupun penyakit tuju akibat)
[14a]li, pamulih ta maring bapa babunta, tuju ning kumangmang kumingming, tuju ning kumalap kumilip, satus akutus, syah syah syah, apan aku anaking bhatara guru mahasakti, amugpug tuju tluh tranjana, pugpug puna pugpug puna pugpug puna, sirep sirep sirep. ONG SA BA TA A I NA MA SI WA YA (roh-roh halus, kembalilah kau ke indukmu. Begitu pula wahai kau penyakit tuju akibat roh-roh kumangmang dan kumingming maupun penyakit tuju akibat roh-roh kumalap-kumilip, sebanyak seratus delapan, semoga kalian musnah, sebab aku adalah putra Bhatara Guru yang sangat sakti, memusnahkan segala penyakit tuju, ilmu sihir, semuanya menjadi sirna lenyap oleh kekuatanku (dengan mengucapkan aksara suci:) ONG SA BA TA A I NA MA SI WA YA”. ...). Ini adalah mantra untuk mengusir sakit tuju. Ong tuju tluh tranjana, saking purwwa, pugpug mulih mangetan, tuju tluh tranjana, saking kidul, pugpug mulih maring daksina, tuju tluh sakling pascima, pupug mulih maring daksina, tuju tluh saking pascima, pupug mulih mangulon, tuju tluh saking utara, pupug mulih manglor, tuju tluh saking madya, pugpug mulih maring tengah awan, tengah danu, tengah samu sagara, tengah wates, tengah setra, yen ana tuju tluh saking ranini raksasa raksasi, yan ana tuju saking sabrang saka lwir (Ya Tuhan, semoga penyakit tuju yang datang dari timur musnah dan kembali ke timur. Penyakit tuju dan ilmu sihir dari selatan musnah dan kembali ke selatan. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari barat musnah dan kembali ke barat. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari utara lenyap kembali ke utara. Penyakit tuju dan ilmu sihir yang datang dari tengah lenyap kembali ke tengah jalan, ke tengah danau, ke tengah samudra, ke tengah tapal batas, ke tengah kuburan. Jika ada penyakit tuju yang disebabkan oleh roh-roh halus, seperti Ranini, Raksasa-Raksasi, dan segala penyakit tuju yang datang dari negeri seberang)
[14b]ning sabrang, pupug mulih maring sabrang, anyabrang kabeh, apan aku anak bhtara guru tunggal, aku guru putra, putraning hyang kabeh, OM SA BA TA A I NA MA SI WA YA (semoga semua kembali ke negeri seberang, sebab aku adalah putra Bhatara Guru satu-satunya, aku adalah putra guru, putra para dewa. Dengan mengucapkan aksara suci OM SA BA TA A I NA MA SI WA YA”). Ini juga pamupug atau pemumah sakit tuju (tulang). Sarana material hanya berupa jeruk linlang. Mantera yang harus dirapalkan: Om sarwwa duk tanana akasa lawan pratiwi, duk tanana reditye ulan lintang tranggana, sapata harana samana, bayu sabda idep, hana samana, duk tanana jagat bhuwana, samangunduraken bhuta dngen, desti tuju tluh tranjana, sakwehing ila-ila, ring awak sariranku, tka pugpug punah, muksah ilang lara kabeh, siddhi mandi mantranku (Ya Tuhan, ketika belum ada langit dan bumi, ketika belum ada matahari, bulan, bintang, gugus bintang, muncullah benih-benih nafas, benih suara, dan benih pikiran. Ketika alam semesta belum ada, bersama itu mengusir roh-roh jahat, seperti Bhuta, Dengen, dan ilmu sihir, segala penyakit yang ada di dalam diriku, semuanya punah, lenyap, hilang. Semoga doaku mujarab). Ada lagi pamugpug tuju bersaranakan: bangle, lengkuas, jangu, sari kunir, daun sirih yang guratan uratnya saling bertemu, kapur bubuk, kulit kayu bohok, kulit kayu pangi, kulit kayu bhi-
[15a]� la, jeruk linglang ditumis agar lebih halus, airnya air cuka tahunan, semuanya diaduk secara rata yang kemudian dilulurkan pada si pasien. Dan mantera yang harus dirapalkan adalah sebagai berikut. Ong manira mangunduraken tuju tluh, tuju moro, tuju papasangan, tuju rerajahan, tuju pandestyan, tuju hlih dilampah bilang buku, tuju di pagulingan, sakwehing tuju, apan aku gurumu, apan aku bisa amugpug, sakwehing tuju, pugpug punah engko, dadi engko tahi, katiba engko kakawah, kaidep siddhi mandi mantranku (Ya Tuhan, aku sedang mengobati segala penyakit tuju, seperti penyakit tuju moro, penyakit tuju akibat guna-guna, penyakit tuju akibat jimat, penyakit tuju akibat ilmu sihir, penyakit tuju di setiap persendian. Karena aku adalah gurumu, maka aku mampu memusnahkanmu, wahai kalian segala penyakit tuju, kalian akan musnah, kalian akan menjadi kotoran, kalian akan jatuh ke kawah. Doaku sangat ampuh”). Ada juga pamugpug/pamunah tuju bersaranakan air tawar yang dimasukkan ke dalam periuk yang belum pernah dipakai, rajangan atau samsam, bija/beras kuning, sesajen sesantun yang lengkap dengan 1700 uang kepeng. Adapun mantera yang harus dirapalkan: UNG, ANG, MANG, sang hyang puh siwamretthi, mangadeg hana ring tengah, wruh kamulaning bhumi, duk bhumine sumdang, tanana bhumi lawan langit, kareka bhumi jawa, madhura, sambawa, (Dengan mengucapkan aksara suci : UNG ANG MANG, semoga Sanghyang Puh Siwasmreti berdiri di tengah, sehingga aku tahu asal-mula bumi, yaitu dari bumi Sumedang. Manakala belum ada bumi dan langit, lalu direkalah pulau Jawa, Madura, Sumbawa),
[15b]seran, sasak, bali, wruh sang hyang siwamrtthi, mamancut desti tuju tluh tranjana, papasangan, papendeman, rarajahan, kabancut tuju bruwang, tuju bengang, kabancuting gunna pandestine, kabancut tuju smut, tuju gatel, kabancut ban sang hyang puh siwamretthi, gunna pamanes barane kabancut, tuju manca warnna, kabancut saking mbang, mulih sira ka jawa, mtu sira saking mandura, mulih sira ka madura, mulih pandetyane syanu, mtu sira saking sasak sambhawa, mulih sira ka sasak sambhawa, mtu sira saking jro prawu, mulih sira ka jro prawu, mtu pandestyane saking durgga, mulih kita ka durgga, mtu kita saking bhuta kala dngen, mulih kita ka bhu- (Seram, Lombok, Bali. Sanghyang Siwasmreti bisa mencabut segala jenis ilmu sihir, seperti ilmu desti, ilmu tuju, ilmu teluh, dan ilmu tranjana, guna-guna, jimat. Segala penyakit tuju dicabut, seperti penyakit tuju bruang, penyakit tuju bengang, penyakit tuju semut, penyakit tuju gatal, semuanya dicabut oleh Sanghyang Puh Siwasmreti. Semua guna-guna yang menyebabkan bencana besar dimusnahkan. Penyakit tuju yang berasal dari alam kosong kembali ke alam kosong. Penyakit tuju yang berasal dari negeri Melayu kembali ke Melayu. Penyakit tuju yang berasal dari Jawa kembali ke Jawa. Penyakit tuju yang berasal dari Madura kembali ke Madura. Semoga kekuatan ilmu sihir yang menyerang si pasien lenyap kembali ke asalnya masing-masing. Penyakit tuju yang berasal dari Sumbawa kembali ke Sumbawa. Penyakit tuju yang berasal dari Lombok kembali ke Lombok. Penyakit tuju yang berasal dari Jro Prahu kembali ke Jro Prahu. Ilmu sihir yang berasal dari Dewi Durga kembali ke Dewi Durga. Penyakit tuju yang berasal dari roh-roh jahat, seperti Bhuta, Kala, Dengen kembali ke Bhuta)
[16a]ta kala dngen, mtu kita saking pamali, mulih kita ka pamali, mtu kita pandestine saka wetan, mulih kita ka wetan, mtu pandesti saking kidul, mulih kita ka kidul, mtu pandestine saka kulon, mulih kita ka kulon, mtu pandestine saka lor, mulih kita ka hlor, mtu pandestine saking tengah, mulih kita ka tengah, mtu kita ring ragha sarira, mulih ring ragha sarirane syanu, wruh puh siwamrtthi, amancut tuju bruwang, tuju rumpuh, tuju bengong, tuju bengang, tuju moro, tuju gatel, tuju banyu, tuju smut, tuju blatuk, tuju banta, tuju upas, kabancut ban sang hyang puh siwamrtthi, mtu amanca warnna, pugpug pandestine punah, (Kala, Dengen. Penyakit tuju yang berasal dari roh halus Pamali kembali ke Pamali. Ilmu sihir yang datang dari timur kembali ke timur, ilmu sihir yang datang dari selatan kembali ke selatan, ilmu sihir yang datang dari barat kembali ke barat, ilmu sihir yang datang dari utara kembali ke utara, ilmu sihir yang datang dari tengah kembali ke tengah. Ilmu sihir yang datang dari raga kembali ke raga. Ajian Siwasmreti ampuh untuk membasmi segala penyakit tuju, seperti penyakit tuju beruang, penyakit tuju lumpuh, penyakit tuju bengong, penyakit tuju bengang, penyakit tuju moro, penyakit tuju gatal, penyakit tuju semut, penyakit tuju banyu, penyakit tuju blatuk, penyakit tuju banta, penyakit tuju upas, dibasmi oleh kekuatan Sanghyang Siwasmreti, segala ilmu sihir punah),
[16b]aduh wruh sang hyang puh siwwamretthi, amancut lara rogha ring sariran syanu, wnang kabancut kapugpug pandestine, janma manusane, ONG ANG MANG, wnang sira sang hyang siwagandu, siwamretthi, mamancut tuju ring ragha, sang hyang pranna ragha, mamancut tuju ring rambut, mulih ka rambutte syanu, tuju ring karnna, mulih karnnane syanu, tuju ring tinghal, mulih ring tinghale syanu, tuju ring irung, mulih ring irung nge syanu, tuju maring cangkem, mulih ring cangkeme syanu, tuju mtu ring ineban, mulih ring inebane syanu, tuju mtu ring hati, mulih ring hatine syanu, tuju mtu ring pupusuh, mulij ring pupusuhe syanu, tuju mtu ring ungsilan, mulih ring ungsilane syanu, tuju mtu ring ampru, mulih ring amprune syanu, tuju mtu ring waluh, mulih ring walunge syanu, tuju mtu ring sumsum, mulih ring sumsume syanu, tuju mtu mtu, wnang kabancut ban sang hyang siwage- (ajian Sanghyang Siwasmreti mampu mencabut penyakit si pasien, segala bentuk ilmu sihir orang-orang berhasil ditaklukkan. (Dengan mengucapkan aksara suci: ) ONG ANG MANG, Sanghyang Siwagandu, Siwasmreti mampu mencabut (memusnahkan) penyakit tuju yang ada di tubuh si pasien. Sanghyang Pranaraga mampu mencabut penyakit tuju yang ada di rambut si pasien dan kembali ke rambut si anu. Penyakit tuju yang ada di telinga si pasien kembali ke telinga si anu. Penyakit tuju yang ada di hidung si pasien kembali ke hidung si anu. Penyakit tuju yang ada di mata si pasien kembali ke mata si anu. Penyakit tuju yang ada di mulut si pasien kembali ke mulut si anu. Penyakit tuju yang ada di bawah pusar di pasien kembali ke bawah pusar si anu. Penyakit tuju yang ada di hati si pasien kembali ke hati si anu. Penyakit tuju yang ada di jantung si pasien kembali ke jantung si anu. Penyakit tuju yang ada di ginjal si pasien kembali ke ginjal si anu. Penyakit tuju yang ada di empedu si pasien kembali ke empedu si anu. Penyakit tuju yang ada di tulang si pasien kembali ke tulang si anu. Penyakit tuju yang ada di sumsum si pasien kembali ke sumsum si anu. Semua penyakit tuju dapat dicabut oleh kekuatan ajian Sanghyang Siwagandu)
[17a]ndu puh siwamretthi, amancut mala tuju manca pandestine syanu, tuju mtu ring tundun, mulih ka tundune syanu, tuju mtu ring basang wayah basang nguddha, mulih ka basang wayah basang nguddhane syanu, tuju mtu ring limpa, mulih ring limpane syanu, tuju ring daging, mulih ka daginge syanu, tuju mtu ring balung, mulih ka balunge syanu, tuju mtu ring bwah-bwahan, mulih ring bwah-bwahane syanu, pugpug punah, tuju ring cucupu manik, mulih ka cucupu manike syanu, tuju mtu ring tangan suku, mulih ring tangan sukune syanu, kabancut ban sang hyang siwamretthi, pugpug gunna tujune punah, mulih saking tanana, kabancut kalebur punah, tuju manca warnna, pugpug punah pugpug punah pugpug punah, ONG ANG MANG, singgah pamali, singgah dngen, si ma- (dan ajian pemusnah Siwasmreti, sangat ampuh untuk menghilangkan bermacam-macam jenis penyakit tuju, seperti penyakit tuju yang ada di punggung si pasien kembali ke punggung si anu. Penyakit tuju yang ada di usu halus si pasien kembali ke usus halus si anu. Penyakit tuju yang ada di usus besar si pasien kembali ke usus besar si anu. Penyakit tuju yang ada di limpa si pasien kembali ke limpa si anu. Penyakit tuju yang ada di daging si pasien kembali ke daging si anu. Penyakit tuju yang ada di tulang si pasien kembali ke tulang si anu. Penyakit tuju yang ada di buah pinggang si pasien kembali ke buah pinggang si anu, semua penyakit tuju dimusnahkan. Penyakit tuju yang ada di rahim si pasien kembali ke rahim si anu. Penyakit tuju yang ada di tangan dan kaki si pasien kembali ke tangan dan kaki si anu. Semua dicabut oleh kekuatan ajian Sanghyang Siwasmreti, semua guna-guna dimusnahkan, kembali ke asalnya di alam kosong, dicabut dilebur dan dimusnahkan. (Dengan mengucapkan aksara suci: ) ONG ANG MANG semua roh-roh halus, seperti Pamali, Dengen, dan Si Manduh)
[17b]tya singgah, mala tuju singgah, rogha kalebur mala, phataka, udug, buyan, sangar, edan, kalebur ban sang hyang siwamretthi, siwamretthi, siwagendu, amuja mala tuju rumpuh, amugpug amunah ya nama swaha, ONG ANG MANG, siddhi rastu ya namah swaha (Matsya yang singgah di tubuh si pasien, segala penyakit dilebur, seperti penyakit mematikan, perut besar, penyakit buyan, penyakit sangar, penyakit gila, dilebur oleh ajian Sanghyang Siwasmreti, Siwagandu. Segala penyakit tuju dilumpuhkan. (Dengan mengucapkan aksara suci:) ONG ANG MANG, semoga doaku berhasil). Ini adalah Pamatuh Agung Sang Hyang Jagatnatha. Sarana yang digunakan bebas atau apa saja boleh dipakai (saka wnang). Sedangkan mantera yang harus dirapalkan sebagai berikut. Idep aku sang hyang girinatha, wumah aku ring swarghan, tumurun aku ring madyapadha, angadeg aku ring akasa, marupa aku sang hyang durggha, matengeran aku sang hyang sapuhjagat, kawisesa durggha kabeh, sapatandingha ring aku, sakwehing bhuta desti, tuju tluh tranjana, padha ngebhakti ya tken aku, leyak putih anembah ring aku, leyak bhang anembah ring aku, leyak kuning anembah ring aku, leyak ireng anembah ring aku, leyak manca warnna nembah (Terbayang bahwa diriku adalah Sanghyang Girinatha, rumahku di sorga, aku turun ke bumi, aku berdiri di langit, aku berwujud Sanghyang Durga, aku bergelar Sanghyang Sapuh jagat, menguasai semua roh-roh jahat, tiada sebanding denganku, semua roh-roh jahat dan kekuatan ilmu sihir, seperti desti, ilmu teluh, ilmu tranjana, pada tunduk kepadaku. Leak putih menyembah kepadaku. Leak merah menyembah kepadaku. Leak kuning menyembah kepadaku. Leak hitam menyembah kepadaku. Leak lima warna menyembah)
[18a]ring aku, leyak katon anembah ring aku, bhrare bhuta dngen, padhanembah ringbah ring aku, sakwehing satru musuh padhangebhakti ya ring aku, sakwehing krodha asih tken aku, apan aku marupa bhatara girinatha, lwih aku sakti, ring lara wisya, alah dening aku, apan aku sang hyang sapuh jagat, anapuh sakwehing gunna satru mawisesa, anapuh anak krodha padha mawisesa, sakwehing sabjata amati-mati, padha punah-punah padha punah-punah padha punah-punah, tka tan pati aku luput, sakwehing krya upayadi, satru musuh kabeh, apan aku sang hyang wisesa, tan kataman satrunku kabeh, ANG UNG MANG, ANG UNG MANG, ANG UNG MANG, jumneng bhatara wisnu, jumneng bhatara guru ring tngah, jumneng sang hyang eka, sang hyang tuduh, tka patuh, tka patuh, tka patuh, ANG UNG AH, ANG UNG AH, ANG UNG AH, ONG, sana (kepadaku. Leak-leak tmpak menyembah kepadaku. Para roh-roh gentayangan, seperti roh Bregala, roh Bhuta, roh Dengen pada menyembah kepadaku. Semua musuh menyembah kepadaku. Orang-orang marah menjadi sayang kepadaku, sebab aku merupakan perwujudan Bhatara Girinatha. Aku sangat sakti. Dalam hal mengobati penyakit, semua penyakit kalah oleh kekuatanku. Sebab aku adalah Sanghyang Sapuh jagat, menyapu bersih segala guna-guna dan musuh-musuh sakti, menyapu bersih orang-orang marah, semua senjata tumpul oleh kekuatanku. Aku tidak bisa mati oleh musuh, sebab aku adalah dewa penguasa, tidak bisa dijangkau oleh musuhku. (Dengan mengucapkan aksara suci:) ANG UNG MANG sebanyak 3 kali, Sanghyang ratih bersemayam di dalam diriku, Bhatara Dewa bersemayam di dalam diriku, Bhatara Brahma bersemayam di dalam diriku, Bhatara Wisnu bersemayam di dalam diriku, Bhatara Guru bersemayam di tengah. Sanghyang Eka bersemayam dan Sanghyang Tuduh juga bersemayam di dalam tubuhku. Semua patuh. (Dengan mengucapkan aksara suci:) ANG UNG AH ONG)
[18b]hah, istriyawe namu nama siwa ya (Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, semoga aku berhasil). Ini adalah Pamatuh Agung. Sarana yang dipakai berupa: serbuk besi yang ditanam rapat-rapat di pojok rumah, air tawar dimasukkan ke dalam sibuh cemeng, diisi sakarura. Kemudian air yang ada di dalam sibur dipercikkan sampai habis ke seluruh pakarangan rumah. Sedangkan mantra yang harus dirapalkan adalah sebagai berikut. Ong nini bhatari durggha, ingsu anyaluk pahingkup agung, pamatuh huluning lebah galintung, paguyanganing warak, jujut ingsun atakon, sapa arane nini bhatari durggha, kaki bhatara guru, bhuta ireng aranya, bhuta kuning, bhuta abang, bhuta amanca warnna, padha mul;ih ring putihing hati ring pupusuh, ring hati putih, ring ungsilan putih, ring ampru putih, tka ingkup, tka ingkup, tka ingkup, bhuta hlaring kalasa silih asih, ring pasunddhen, galangan pangawak kala gajah minna, lomba-lomba, presyu nuga duyung, bhuta lebah sireng sendi, bhuta ngalap sireng waton, (Wahai Paduka Bhatari Durga, hamba menjalankan ajian Pahingkup agung, bagaikan menyatukan antara ujung dan pangkal. Hamba bertanya siapakah sebenarnya dirimu nenek Bhatari Durga dan dirimu kakek Bhatara Guru? Sebutanmu adalah Bhuta hitam, Bhuta kuning, Bhuta merah, Bhuta lima warna, pada kembali ke asalnya masing-masing, yaitu di putih hati, di putih jantung, di putih ginjal, di putih empedu, semua bersatu padu. Roh-roh halus, seperti Bhuta bersayap tikar menjadi sayang. Roh-roh halus yang berupa Kala Gajahmina, ikan lumba-lumba, ikan duyung juga sayang. Bhuta Lebah barada di sendi dan Bhuta Ngalap berada di pondasi)
[19a]bhuta ngloh sireng likah, bhuta jangjang sireng galar, bhuta ngebah sireng sasaka, bhuta ngarep ring adegan, bhuta ngundah sireng tilam, bhuta nget sireng cacanden, bhuta nguki sireng tutub, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, bhuta anggapati, bhuta mrajapati, bhuta banaspati, bhuta banaspatiraja, bhuta tayab, bhuta janggitan, bhuta wadokala, bhuta ning kalika, bhutaning kaliku, bhuta poela-pelu, bhuta pamala-pamali, bhuta haru-hara, bhuta lindu, bhuta kamutug, bhuta suku tunggal, bhuta anja-anja, bhuta raregek, bhuta mdhi-mdhi, bhuta tangan-tangan, bhuta waringin sungsang, haywa sira amrebheddha, iki sangupatinta DWONGH, bhatara guru jwang gumine dini, patuhang swargga suralayane, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, Om presaddha swaha, Om resi kunda- (Bhuta Ngloh berada di dipan. Bhuta Jangjang berada di galah. Bhuta Ngebah berada di pasak. Bhuta Ngarep berada di tiang. Bhuta Ngundah berada di tikar. Bhuta Nget berada di gerbang. Bhuta Nguki berada di penutup. Semua pada patuh. Wahai para roh-roh halus, seperti Bhuta Anggapati, Bhuta Mrajapati, Bhuta banaspati, Bhuta tayab, Bhuta Janggitan, Bhuta Wadokala, Bhuta Kalika, Bhuta Kaliku, Bhuta Pela-pelu, Bhuta Pamala-pamali, Bhuta Haru-hara, Bhuta Lindu, Bhuta Kamutug, Bhuta Suku Tunggal, Bhuta Anja-anja, Bhuta Raregek, Bhuta Medi-medi, Bhuta Tangan-tangan, Bhuta Waringin Sungsang, janganlah kalian mengganggu, ini ada persembahan untukmu. (Dengan mengucapkan aksara suci:) DWONGH, ambillah wilayah kekuasaan Bhatara Guru yang ada di sini, satukan seisi sorga, pada bersatu padu).
[19b]li mitre puja maya dewa, Om mrettha siwa anggrapah suryya candra lintang tranggana, kaparuh de nira watek dewata kabeh, sang hyang tunggal mangrapuh mandadi mrettha yogyang, ji, padha mulih ring arddhacandra. ANG MANG UNG, ANG MANG UNG, ANG MANG UNG, jeng ((Dengan mengucapkan) doa Prasada dan Resi Kundali, maka terpujilah wahai Dewa Siwa, untuk menggapai matahari, bulan, bintang, yang dibagi oleh para dewata. Sanghyang Tunggal membaginya menjadi air kehidupan. Semua dapat dikembalikan ke bulan sabit (dengan mengucapkan aksara suci) ANG MANG UNG sebanyak tiga kali). Ini adalah Pamatuh Agung. Sarana yang digunakan berupa air tawar yang dimasukkan ke dalam sibuh cemeng, porosan yang dimasukkan ke dalam sibuh dipergunakan untuk memercikan air di dalam sibuh, satu buah sesantun lengkap yang diisi uang sebanyak 1700 kepeng, sajen canang meraka, dan di atas canang ditaruh uang sebanyak 25 kepeng. Mantera yang harus ducapkan adalah: Om dewa sakti, tumurun maring tngahing gumi, masambaddha tkening pamali, tka patuh slat sagara, patuh slat bukit, slat danu, ditu di slat gumi, maka kubonan manginum, dewa pada dewa, padha patuh ingkup, pada patuh ingkup. Padha patuh ingkup, bhatara padha bhatara, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, pitra padha pitra, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup sampulang padha sampulang, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, dngen padha dnge- (Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai dewa sakti, turunlah ke bumi, bersatu dengan roh-roh Pamali, maka semuanya menjadi patuh, bersatu, para makan dan minum bersama-sama, pada bersatu dan rukun. Bhatara pun bersatu padu. Arwah bersatu padu. Roh-roh Sampulung bersatu padu. Dengen bersatu padu dengan para Dengen).
[20a]n, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, desti padha desti, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, padha patuh ingkuppapasangan padha papasangan, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, padha patuh ingkup, sakeng sasawangan, umik-umikan, sami padha patuh ingkup, sami padha patuh ingkup, sami padha patuh ingkup, sami padha patuh ingkup, pakedek pakenyung panyulingah, macanda manyama tken aku patuh ingkup, patuh ingkup, patuh ingkup saja ngko baribin, ring sanak rabhinta, aku m,anyama, saling raksa saling engehang, saling jaga kita tken aku kabeh, piwkas siddha bhatara guru, ih poma saling raksa, nyamane tken aku kabeh, patuh ingkup, manyama tken aku, eda engsap bapane tunggal, memene tunggal, awak manyama, ari-arine sakuronan tuwune, patuh ingkup, patuh ingkup, patuh ingkup, macanda malali bareng rahina wengi, ya tunggal bayu sabda idep, sapangan inume tka patuh (Para Desti pada patuh. Guna-guna Papasangan pada patuh. Guna-guna sasawangan pada patuh. Guna-guna Umik-umikan pada patuh, semua saling menyapa ramah, tersenyum santun, bercanda ria, semua menjadi patuh dan rukun oleh kekuatan manteraku. Dengan sanak saudramu, aku bersaudara, saling menjaga, saling memperhatikan, aku saling menjaga dengan kalian semua. Atas perintah Bhatara Guru, wahai saudaraku, bersatu padulah denganku, saling patuh dan rukun bersaudara denganku, janganlah lupa bahwa ayah kita satu, ibu kita satu, kita bersaudara, satu tembuni, maka marilah kita bersatu, bercanda dan bermain bersama-sama siang dan malam, tunggal dalam gerak, kata, dan pikiran, begitu pula sama dalam hal minum dan makan).
[20b]ingkup, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, rumawak tunggal tken aku, aja lali inget eda nembah tken bhataraning bhumi, ne nyee mandadi bhuta matunggu gumi, ne katut dadi pamali matanggu gumi, piwkas bhatara guru, awak manyama, eda maibukan dini bareng di janma padha, ingetang piwkas bapane bhatara guru, tka patuh tka ingkup, dewa patuh, bhatara patuh, pitra patuh, patunggal aja mangapit manyuduk, patuh ingkup, patuh ingkup, patuh ingkup, apan magumi tunggal, sapangan inume tunggal, magumi patuh ditu bareng I meme, wkas bhatara guru, di tngah kangin kauhe, di tngah kala klode, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, nyamankune paling wayah, dadi pamali patuh, ampulung patuh kumatap-kumitip patuh, sing mahulu masoca makarnna, mairung macvangkem, matangan masuku, mapungsed, sing sabaga mapurus, (Kalian sama denganku. Janganlah lupa, ingat-ingatlah, jangan menyembah kepada dewa bumi, siapakah yang menjadi roh Bhuta sebagai penjaga bumi. Ataupun yang ditugaskan sebagai roh Pamali menjaga bumi atas perintah Bhatara Guru. Kita bersaudara, maka janganlah saling bertengkar, mari kita tinggal bersama-sama di bumi, ingatlah pesan-pesan Bhatara Guru, yakni supaya bersatu padu antara dewa, bhatara, arwah leluhur, semuanya patuh, harus bersatu padu, jangan saling menyerang, sebab berada di bumi yang sama, makan dan minum bersama, hidup di alam yang sama, bersama Ibu ilahi, seperti pesan Bhatara Guru, bahwa di tengah barat timur, di tengah utara selatan, semua patuh dan rukun. Saudaraku yang paling tua menjadi roh Pamali, Sampulung, Kumatap-kumitip semuanya pada rukun. Setiap makhluk bermata, bertelinga, berhidung, bermulut, bertangan dan berkaki, berpusar, berkelamin, berdubur),
[21a]sing masabda mabayu masbakan, ya padha patuh ingkup, ya padha patuh ingkup, ya padha patuh ingkup, Om siddhi pamatuh hira bhatara guru sakti, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup, tka patuh ingkup (bersuara, bernafas pada patuh. Ya Tuhan, berkat ajian Pamatuh dari Bhatara Guru, semoga semua menjadi patuh denganku). Ini adalah Pamatuh Agung Paingkup Agung. Sarana yang diperlukan: air tawar yang dimasukkan ke dalam sibuh cemeng, kemudian dipercikkan dengan cara berputar ke kiri sebanyak tiga kali. Setelah itu, dipercikan kepada orang yang sakit, sebagaimana layaknya orang diberi percikan tirta (air suci), dan sisanya diguyurkan kepada orang yang sakit.. Mantera yang harus dirapalkan pada saat membuatnya adalah sebagai berikut. Om idep aku bhatara guru, jagran anjaluk pamatuh agung, paingkup agung, kapatuh gumine dini, gumi aeng pamenggahan aeng, kaparuh de nira bhatara guru, mwang ring sang hyang tunggal, patuh rapuh kasih maring aku, pritiwi akasa, patuh ingkup kang bhuwana, bhatara guru bhatara siwa, patuh wetan kidul, kulwan lor, rapuh ingkup, bhatara wisnu patuh rapuh, kasih maring aku, iswara mahadewa patuh (Ya Tuhan, terbayangkan bahwa aku adalah Bhatara Guru, akan menjalankan ajian Pamatuh Agung, ajian Pahingkup Agung, semoga dunia menjadi patuh denganku, semoga tempat-tempat angker menjadi patuh berkat kekuatan yang direstukan Bhatara Guru dan Sanghyang Tunggal. Semua menjadi patuh dan sayang kepadaku. Langit dan bumi menjadi patuh dan kasih kepadaku. Berkat restu Bhatara Guru, Bhatara Siwa, segala penjuru dunia, dari timur ke selatan, dari barat ke utara pada patuh. Bhatara Wisnu menaruh kasih kepadaku. Bhatara Iswara dan Mahadewa patuh).
[21b]gumine dini, sang hyang sri indra guru yama ludra brahma kala uma, patuh gumine dini, gumi aeng pakarangan aeng, patuh rapuh, sih maring aku, karapuh denira bhatara guru mwang sang hyang tunggal kamajaya kama rathih patuh ingkup, kama kumatap-kumitip, patuh ingkup, guru durgga pitara patuh ingkup, mangku bumi patuh ingkup, guru putra guru putri patuh ingkup, dewa pitara patuh rapuh, kasih ring aku, nini bhatari durgga, patuh kala kabeh, pamali kabeh, patuh ingkup, siwaning pamali, pangruruhaning pamali, patuh ingkup, pamali kabayan panyarikan, patuh ingkup, pamali ngapit ngalingkuein, patuh ingkup, pamali bhuta bongol, patuh ingkup, bhatara guru sang hyang tunggal, pamali sasawangan, aji- (Dunia ini menjadi patuh. Sanghyang Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Kala, dan Uma menyatu di bumi ini. Tempat-tempat angker hilang dan patuh, sayang kepadaku. Atas kekuatan peleburan Bhatara Guru dan Sanghyang Tunggal, maka sperma dan sel telur bersatu padu. Roh-roh halus rukun. Arwah leluhur, roh-roh jahat pada patuh. Para arwah leluhur pada patuh dan sayang kepadaku. Nenek Bhatari Durga patuh dan sayang kepadaku. Para roh-roh jahat, seperti Kala, dan bermacam-macam roh Pamali pada patuh denganku, seperti roh Pamali Kabayan, Pamali Panyarikan, Pamali Ngapit Ngalingkuhin, Pamali Bhuta Bongol, Pamali Sasawangan),
[22a]ajyan, patuh ingkup, pamali manunggek, pamali manusuk, pamali manca warnna, patuh rapuh kasih, ya nama swaha, dewa patuh, manusa patuh, ya nama swaha, UNG ANG MANG, dewa pamali ya nama swaha, bhatara guru angundhuraken kala pamali manyakitin, mulih ka kayanganmune. Om singgah, kala singgah rogha desti, singgah singgah singgah, hopetanama (Pamali Ajian, Pamali Manunggek, Pamali Manusuk, Pamali Mancawarna, semuanya pada patuh denganku. Para dewa dan manusia pada patuh denganku. (Dengan mengucapkan aksara suci) UNG ANG MANG, Bhatara Guru merestui, maka dewa dan roh pamali tidak menyakiti lagi, mereka pergi kembali ke tempat asalnya masing-masing. Begitu pula segala gangguan ilmu sihir lenyap). Ini adalah Pamatuh Agung Paingkup Agung. Manteranya adalah: UNG ANG MANG, Gumi sama gumi sajagat bhawana, pritiwi akasa, sang hyang suryya ulan lintang tranggana, duk gumine sumdangtala, hana dewa manusa, hana gumi wetthan, kidul, kulon, lor, maring tngah, kapatuh kahingkup padha patuh, kasih kasih kasih, bhatara siwa pranama mangrapuh gumine dini, patuh sang hyang sri I- (Dengan mengucapkan aksara suci) UNG ANG MANG, maka seluruh jagatraya, yaitu tanah, langit, matahari, bulan, bintang bersaksi. Bersamaan dengan terciptanya Desa Sumedang, maka tercipta pula dewa, manusia, mata angin (arah) timur, selatan, barat, utara, tengah. Semua itu patuh pada kasih kepadaku. Bhatara Siwa meruwat bumi ini sehingga Sanghyang Sri),
[22b]ndra guru yama ludra brahma kala uma, patuh ingkup sabhuwana, bahatra guru sang hyang tunggal, patuh ingkup sabhuwana, sing matangan masuku macangkem masocca, padsha patuh rapuh kasih maring aku, guru sumdangtala, winten sumdangtala, nrapuh gumine sajagat, kabeh padha patuh ingkup maring aku, dewa pitara mangku bumi patuh rapuh, durgga padha patuh asih, kama dewa kama dewi patuh ingkup, kama cili patuh, kama ngandhang kama singgah patuh ingkup, kama satru musuhku, padha rapuh maring aku, durgga desti tluh tranjana, padha patuh ingkup, sing matangan masuku padha rapuh kasih ya nama, kapatuh guru tunggal, siwa, sang hyang tunggal, ibhu pritiwi, akasa, ngrapuh gumi sabhuwana, gumi wetan kidul, patuh rapuh, gumi ku- (Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, Kala, dan Rudra menjadi patuh. Seluruh alam semesta patuh. Atas kekuatan Bhatara Guru, Sanghyang Tunggal, seluruh alam semesta patuh. Setiap makhluk yang bertangan, berkaki, bermulut, bermata pada patuh dan sayang kepadaku. Bhatara Guru meruwat tanah di Desa Sumedang, meruwat seluruh alam semesta sehingga semuanya menjadi patuh dan sayang kepadaku. Dewa, arwah leluhur, pejabat pada sayang kepadaku. Berbagai benih nafsu (kama) pada tidak mengganggu diriku, seperti kama dewa, kama dewi, kama cili, kama ngandang, kama singgah, kama satru, semua pada rukun denganku. Segala ilmu sihir, seperti ilmu desti, ilmu teluh, ilmu tranjana pada tunduk kepadaku. Setiap yang bertangan dan berkaki pada rukun dan sayang kepadaku berkat ajian kepatuhan yang diberikan oleh Bhatara Guru, Sanghyang Tunggal. Bumi, langit dan segala penjuru dunia, timur, selatan, barat, utara, dan tengah menjadi ramah)
[23a]lon, lor, rapuh, gumi tngah rapuh kasih ya maring aku, gumi aeng tgal aeng patuh ingkup, padhasih paguyanganing warak, patuh rapuh sih, lulut asih kapatuh, bhatara siwa, bhatara guru, mulaning gumi, nini bhatari durgga, ngrapuh patuh ingkup, babhuwana, kaki bhtara kala, ngrapuh kala syu, padha rapuh ingkup, guru putra putri patuh, kala kali patuh, kalacakra bhiwa patuh, bhuta kapiraghan patuh ingkup, bhuta manca warnna patuh, bhatara siwa, sang hyang tunggal, bhuta siwa, kaki bhuta, patuh ngrapuh sing mara ring aku, bhuta abhang ireng patuh ingkup, bhuta putih kuning patuh, bhatara siwa guru sumdangtala, ngrapuh gumine dini, patuh ingkup, bhatari uma patuh ingkup, sabhuwana, bhatara si- (sayang kepadaku. Tempat-tempat angker menjadi ramah denganku. Atas kekuatan ajian Bhatara Siwa, Bhatara Guru sebagai cikal bakal alam semesta, maka Bhatari Durga berhasil meruwat dunia sehingga menjadi ramah. Bhatara Kala meruwat beribu-ribu roh Kala. Karena itu, guru, putra-putri, roh Kala-kali, Kalacakra, roh Bhuta Kapiragan, roh Bhuta Mancawarna pada ramah. Bhatara Siwa, Sanghyang Tunggal merestuiku meruwat para roh Bhuta sehingga tidak lagi mengganggu diriku. Roh-roh jahat, seperti Bhuta Abang, Bhuta Ireng, Bhuta Putih, dan Bhuta Kuning pada ramah denganku. Bhatara Guru Sumedangtala meruwat bumi ini sehingga menjadi ramah. Bhatari Uma menjadi ramah dengan seisi alam semesta. Bhatara Siwa)
[23b]wa pramana sakti, rapuh sabhwananing pamali, patuh rapuh ingkup asih, siwaning pamali patuh ingkup, prapancaning pamali patuh ingkup, pamali maktu mamoleng patuh ingkup, pamali pepet, pamali bga, patuh ingkup, pamali ngalingkuwin, padha patuh ingkup, pamali bhuta bongo; patuh rapuh ingkup, pamali manusuk, pamali kowa sira padha rapuh, pamali sasawangan, acep-acepan, patuh ingkup, pamali manyakitin, patuh ingkup, bhatara guru mulaning gumi, aku ngelwar pamali neduh, kita klod kawuh unduran sira, kpuh randu pasadahan sira, tukad dalem paceburan sira, apan aku anaking hyang tan katinghalan, aranku manik gumulung, teg nyer teg nyer teg nyer, pamatuh agung pahingkup agung, wus munggah ing meru tumpang solas, ring akaryya pamatuh a- (Pramana sakti meruwat alam para roh Pamali sehingga menjadi patuh dan ramah. Begitu pula guru para roh Pamali menjadi rukun. Demikian pula, para roh Pamali pada patuh dan ramah kepadaku, seperti roh Pamali Maktu Mamoleng, Pamali Pepet, Pamali Bega, Pamali Ngalingkuhin, Pamali Buta Bongol, Pamali Manusuk, Pamali Kowasira, Pamali Sasawangan, Pamali Acep-acepan, semua pada patuh dan ramah kepadaku. Aku bersaksi bahwa Bhatara Guru adalah asal mula dunia. Aku mengusir roh-roh Pamali, agar pergi ke arah baratdaya, menuju pohon randu, atau ke sungai dalam, sebab aku adalah putra dewa yang tak terlihat, aku bernama Manik Gumulung. Semoga ajian Pamauh Agungku berhasil, menyatukan dan membuat seluruh makhluk menjadi ramah kepadaku, setelah aku naik ke atas candi bertingkat sebelas, untuk menjalankan ajian Pamatuh Agung)
[24a]gung, asikep sanjata, cakra, trisula, gaddha, iniring laweyan anja pupu, raregek, kuamngmang, mandi, kutu-kutu padha patuh ingkup, kasih maring aku. Om dewa patuh ya nama swaha. Om kala patuh ya nama swaha. Om pamali patuh ya nama swaha. Om manusa patuh ya nama swaha. Om desti patuh ya nama swaha, ONG ANG MANG, poma poma poma (dengan memegang senjata cakra, trisula, gada, diiringi oleh roh-roh gentayangan, seperti Laweyan, Anja pupu, Raregek, Kumangmang, Mamedi, Kutu-kutu, semua pada patuh dan sayang kepadaku. Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, semoga dewa patuh denganku, Kala patuh kepadaku, Pamali patuh kepadaku. Manusia patuh kepadaku, (Dengan mengucapkan aksara suci) ONG ANG MANG sebanyak tiga kali). Ada juga Pamatuh Agung bersaranakan, air tawar dengan mantera: ih twalen magnah ring pusering gumi, aku wruh ring pusering gumi, twalen magnah ring setra, aku wruh ri huluning setra, I twalen magnah ring huluning panghkung, aku wruh ring huluning pangkung, I togog magnah ring lawat, (Wahai Tualen yang bersemayam di pusat bumi, aku tahu pusat bumi. Tualen bersemayam di kuburan, aku tahu kuburan. I Tualen berada di hulu kali, aku tahu hulu kali. I Togog berada di bayangan),
[24b]I twalen mandadi batu, batu mandadi paras, paras mandadi kukus, kukus mandadi yeh, yeh mandadi langit, langit mandadi lemah, lemah mandadi (ta)nah, tanah mandadi janma, matmu padha manyama, I twalen magnah ring hati, matmu paturu yeh, sabdhanya, Ang, brahma, MANG, iswara, UNG, wisny, ingsuk anyaluk pamatuh agung, bhuta patuh, kala patuh, dngen patuh, leyak patuh, tka dewa patuh, tka patuh ingkup, kalika pucuking lidah, bhatari durgga pukuhing lidah, bhatari uma madyaning lidah, kalika tulakana ring madyaning lidah, bhatari durgga tulakana ring madyaning lidah, waluya jati bhatari uma, bhatari uma mantuk ka cungkub, cantiking lidah, tumurun iddha bhatara guru, saking swargga suralaya, anggawa tirtha mahamrettha, ring kundi manik, (I Tualen menjadi batu, batu menjadi padas, padas menjadi asap, asap menjadi air, air menjadi langit, langit menjadi bumi, bumi menjadi tanah, tanah menjadi manusia, lalu bertemu pada saling bersaudara. I Tualen berada di hati, bertemu sesama air, sabda sucinya ANG adalah Dewa Brahma, sabda suci MANG adalah Dewa Iswara, dan sabda suci UNG adalah Dewa Wisnu. Aku sedang menjalankan ajian Pamatuh Agung, semoga para roh Bhuta menjadi patuh kepadaku, roh Kala menjadi patuh kepadaku, roh Dengen menjadi patuh kepadaku, setan (leak) menjadi patuh kepadaku, begitu pula dewa patuh kepadaku. (Dengan membayangkan bahwa) Roh Kalika berada di ujung lidahku, Bhatari Durga berada di pangkal lidahku. Bhatari Uma berada di tengah lidahku. Lalu Kalika dikembalikan ke tengah lidahku, Bhatari Durga dikembalikan ke tengah lidah sehingga beliau berubah wujud kembali seperti sediakala, yakni sebagai Bhatari Uma. Bhatari Uma pulang ke Cungkub, yakni anak tekak. Kemudian Bhatara Guru turun dari sorga membawa air kehidupan dengan kendi manikam).
[25a]ngamrethaning bhatara uma, waluya linukat dadi hyang rathih, mantuk ring swargga suralaya, tanana durgga, tanana leyak, tanana tluh tranjana, mantuk ring swargga suralaya, amor sira ring bhatara guru, lah poma lah poma lah poma (untuk diberikan kepada Bhatari Uma, sebagai pengruwatan sehingga ia kembali menjadi Hyang Ratih, pulang ke sorga. Karena itu, di bumi ini tidak ada hal yang menakutkan lagi, tidak ada setan, tidak ada ilmu sihir, semuanya pulang ke sorga, bersatu padu dengan Bhatara Guru. Semoga berhasil). Pamatuh Agung yang satu ini menggunakan sarana, air tawar, kayu sakti (dedap), dililit dengan benang tridadtu sebanyak tiga lilitan (lingkaran) . Kemudian dipercikkan dengan cara berputar ke kiri tiga kali putaran. Adapun mantera yang menyertainya sebagai berikut. Bapanmu, ANG, anganggo saka wnang, salwiring mabayu, masabda, maidep, tka patuh tka patuh tka patuh (Bapa Ilahi, (Dengan mengucapkan aksara suci) ANG, semoga segala makhluk yang bernafas, bersuara, berpikiran menjadi patuh dan ramah kepadaku). Ini adalah Pamatuh Agung Bumi Aeng (Tanah Angker) demikian juga tegalan dan pekarangan angker. Untuh memusnahkannya diperlukan sarana: air tawar yang dimasukkan ke dalam sangku terbuat dari perak atau tembaga. Mantranya: Ong aeng aeng, tan hananing aeng aeng, ila-ila tan hananing ila-ila, mandi-mandi tan hananing mandi-mandi, wnang-wnang, tan hananing wnang-wnang, apan inghulun wenang, apan aku sanghyang dharmma wisesa, anglukataken sabhuwana, anglukataken jagat, angalahaken bhuta dngen, (Ya Tuhan, semoga yang angker-angker tidak lagi seram, yang jahat tidak lagi menyakiti, ilmu sihir yang ampuh-ampuh tidak lagi mujarab, yang sewenang-wenang tidak lagi semena-mena berkat kekuatan manteraku, sebab aku adalah Sanghyang Dharmawisesa, meruwat seisi alam semesta,)
[25b]angalahaken durgga durjjana, anglukataken lara wighna, uphataning wong atwa, ujar tan prasandi, uphataning desa, kalukat dening gangga sakti, kagseng de nira bhatara brahma, saka wetan kidul kulon lor ring tngah, ring sor, ring luhur, gni murub makatar-kataran, panggesengan sarwwa mandi, lebur ila tan pasesa, Ong sa ba ta ai I na ma si wa ya, Ong norana bala-bala, duk tan hana saking tan hana angawang-ngawang, anguwung-uwung, duk nora langit, duk norana purwwa, duk norana kekeres, duk norana madya, duk norana komara komari, duk norana swasta, apan aku sang hyang dharmma sakti, ngi, syah mangtan, aku mangundur gni ,amgundur, banyu manglor aku mangundur, greh swaranku, krug kcapku, kilat angkihanku (mengalahkan para penjahat, membasmi segala penyakit, meruwat segala kutukan, baik kutukan orang-orang maupun sumpah desa, diruwat dengan air suci dari sungai sakti, dibakar oleh Bhatara Brahma, dari timur selatan barat utara tengah, di bawah, di atas, api berkobar-kobar, membakarhanguskan segala guna-guna, semua penyakit lebur tiada tersisa. (Dengan mengucapkan aksara suci: ) OM SA BA TA A I NA MA SI WA YA, maka tidak ada lagi gangguan, semua kembali ke asalnya masing-masing, tiada kembali ke tiada, tidak ada lagi ether, tidak ada lagi bianglala, tidak ada lagi langit, tidak ada asal mula, tidak ada lagi makhluk-makhluk, sebab aku berwujud Sanghyang Dharmasakti, aku mengusir ke timur dengan api. Aku mengsurinya ke utara dengan air. Guntur adalah suaraku. Guruh adalah ucapanku. Petir dan angin adalah nafasku).
[26a]angin, apan aku angundura, sakwehing dorakala, bhuta dngen, sakwehing angker sagunnanmu, sapangan gunnanmu, sawisayanmu, kapugpug kapuja denku, apan aku sang hyang dharmma sakti, ngi, Ong Sang Hyang tirttha kamandhalu, angurip-hurip wong janma manusa, mandadaka kita matetles, makatles kita bhuwana alit, di lemah pucuking lemah mendek paguyanganing warak, has ulung kasiratan dening banyu suci, kalukat padha maluya jati, mamarek kita ring bhatari kusuma wadon, padha mamarekin kita ring bhatara guru, lanang mamarekan kita, wus mawarnna kita, wus mandadi kita widyadhara wudyadhari, sampun kita marupa dede, sampun kita marupa durgga, sampun kita marupa kumangmang, mantuk kita kaswarggan, madamar-damar kita, masu- (Karena aku adalah pengusir seluruh roh-roh jahat, seperti Dorakala, Bhuta, Dengen, dan segala mahluk angker, maka semoga seluruh kekuatan guna-gunamu musnah oleh kekuatan mantraku, sebab aku adalah perwujudan Sanghyang Dharmasakti, bersama-sama Sanghyang Tirta Kamandalu menjaga kehidupan dan keselamatan manusia. Semua tempat angker diruwat sehingga kembali suci bersih seperti sediakala. Wahai para roh-roh jahat yang wanita sebaiknya kalian menjadi pelayan Bhatari Kusuma. Kalian roh-roh jahat laki-laki menjadi pelayan Bhatara Guru. Setelah itu, kalian akan berganti rupa menjadi bidadari. Berhentilah kalian berwujud angker, berupa roh-roh gentayangan, kalian pulang kembali ke sorga, kalian pada bersinar),
[26b]luh-suluh kita, mabhija kuning kita, makembangura kita, molah-molah kita, pinaka patlasan kita, Ong sa bata ta a i nama swaha, Ong sang hyang taya toya, pinakadyusanku, sang hyang raja panulah pinaka kramasku, sang hyang mandiraksa pinaka ksapku, sang hyang hayu pinaka buratku, sang hyang tulak tanggul pinaka kmuhku, luput aku dinesti, luput aku sakrya upaya, apan aku tosing sang hyang taya, aku sakti, ngi, Ong sa ba ta a I na ma si wa ya, ngi (kalian pada bercahaya, memakai abu kuning, memakai kembang ura, kalian akan tampak lemah gemulai. Begitulah perubahan wujud kalian. (Dengan mengucapkan aksara suci) ONG SA BA TA A I NA MA SI WA YA, maka Sanghyang Taya Toya merupakan tempat permandianku. Sanghyang Raja Panulah adalah sarana keramas rambutku. Sanghyang Mandiraksa adalah sabun pembersih kulitku. Sanghyang Hayu sebagai bedak kulitku. Sanghyang Tulak Tunggal sebagai air kumurku sehingga aku luput dari segala ilmu sihir, aku luput dari upaya-upaya orang jahat, sebab aku adalah putra Sanghyang Taya, aku sakti (dengan mengucapkan aksara suci) ONG SA BA TA A I NA MA SI WA YA). Sediakan sarana: wija kuning, daun dedap, bunga pucuk bang, air tawar di dalam sangku, kembang tmen, ditaburkan pada orang yang sakit, kemudian dipercikkan di pekarangan rumah, dengan cara berputar ke kiri sebanyak tiga kali putaran. Ini adalah yang bernama Pengasih Durga. Sarana yang harus disediakan: canang lenga wangi, burat wangi. Mantranya: Duh nini rekamaya kosunya, sira mangreka leyak kabeh, desti kabeh, kawit ira wisnu ndadi mrettha, ngamre- (Wahai nenekku Rekamaya Kasunya, terpujilah kau sebagai sumber para setan, sumber ilmu sihir, sebagai asal mula Dewa Wisnu menciptakan air suci kehidupan, untuk menjadi)
[27a]tthaning sanjiwani dadi mabhika, sah ya ika, matmahan dadi kresna, tiba sira ring wilwatikta, dadi rangda ring jirah, sira mangleyak, masiwa ring sang hyang brahma, majalaran ring bhatari durgga, ring kayangan gandamayu, uripira mrajapati, patinira bhatara wisnu, ih ingsun manuduh ngreka kita, apan ingsun sang hyang sunia nirmmala, saha wongkaranglayang, amatuhana bhuta asih dewa asih, sing tka satru leyak padha asih, bayu sabdha idep asih, brahma wisnu padha asih, iswara asih, sing tka padhanembah dungkul, saguna wisesa nembah, Ong ngelaring sunyanang sadya siddhi swaha. Idep aku liman putih amangan pandestane tka tulak tka tulak tka tulak, sangkanmu (air suci Sanjiwani yang kemudian menjadi Mabhika, setelah itu menjadi Kresna, lalu beliau turun ke Majapahit menjadi seorang janda di daerah Jirah, beliau pandai ilmu sihir, berguru kepada Bhatara Brahma, melalui perantaraan Bhatari Durga, bertempat tinggal di kuburan Gandamayu. Jiwanya adalah Mrajapati. Kematiannya adalah Bhatara Wisnu. Akulah yang menciptakanmu sebab aku adalah Sanghyang Sunya Nirmala, aku juga adalah perwujudan aksara suci Ongkara Anglayang, yang bertugas membuat para roh, dewa, musuh, setan pada kasih kepadaku. Nafas, suara, dan gerak kasih kepadaku. Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Iswara kasih kepadaku. Setiap orang yang datang kepadaku hormat dan tunduk kepadaku. Segala guna-guna sakti tunduk kepadaku. Dengan membayangkan diriku menunggang gajah putih, aku membasmi ilmu sihirmu sehingga bertolak kembali ke dirimu).
[27b]saking sunda, tka punah tka punah tka punah, tka kita saking bali, bisa kita amasang gunna, wit kita saking sunda, aran kita ki calonarang, duk kita saking tngah, sang mpu pradah gurun kita, marep kita mangetan, bhuta putih siluman kita, marep kita kidul, bhuta bhang siluman kita, marep kita kulon, bhuta kuning siluman kita, marep kita manglor, bhuta ireng siluman kita, jumneng kita ring tngah, bhuta amanca warnna pandadyan kita, lungha kita maring kabuyutan, sang mpu pradah anglukat kita, lungha kita ring pempatan agung, kala kalika aran kita, bhujangga lewih anglukat kita, aja kita aweh ala, ring awak sariranmu, lungha kita ring setra agung, bhatari durgga angawe kita, apan aku pangawaking panca pandhawa, tan wani ya ring aku, wastu (Guna-guna dari Sunda kembali ke Sunda. Punahlah kau! Wahai guna-guna Bali, kau bisa menjadi guna-guna karena kau berasal dari guna-guna Sunda, namamu adalah Ni Calon Arang ketika kau masih berada di tengah. Gurumu adalah Mpu Pradah. Jika kau menghadap ke timur, kau akan bersiluman menjadi Bhuta Putih. Jika kau menghadap ke selatan, kau akan bersiluman menjadi Bhuta Bang. Jika kau menghadap ke barat, kau akan bersiluman menjadi Bhuta Kuning. Jika kau menghadap ke utara, kau akan bersiluman menjadi Bhuta Ireng. Jika kau berada di tengah, kau akan bersiluman menjadi Bhuta Mancawarna. Pergilah kau ke tempat pemujaan leluhur, kau akan diruwat oleh Mpu Pradah. Jika kau pergi ke persimpangan jalan raya, kau akan disebut Kala Kalika, dan kau akan diruwat oleh pendeta Bhujangga sakti. Janganlah kau mengganggu diriku. Pergilah kau ke kuburan raya. Bhatari Durga yang menciptakan dirimu. Karena aku ini adalah perwujudan Panca Pandawa, maka kau tidak akan berani kepadaku, semoga)
[28a]sing ngko andadya maya, tan wani ya ring awak sariranku, apan aku pangawaking sang mpu pradah, tka patuh tulak tunggal, tka patuh tulak tunggal, tka patuh tulak tunggal, tka hilang ring awak sariranku, tka hilang ring awak sariranku, tka hilang ring awak sariranku (segala bentuk silumanmu tidak akan berani kepada diriku, sebab aku adalah perwujudan Mpu Pradah, semoga kau patuh dan kasih kepadaku, semua pada pergi dari tubuhku). Sediakan sarana: tali telusuk kerbau, kemudian celupkan pada air yang terdapat didalam sibuh hitam (buah kelapa yang warnanya hitam), yang digunakan sebagai tutuh orang sakit. Pada waktu melakukan pengobatan hendaknnya melakukan yoga menghadap ke sanggar kemulan. Manteranya: bhuta dngen saking sarira, mentokaken saking sarira, bhuta dngen ring kulit, bhuta bhang ring daging, wtu adalan ring wuk, bhuta saliwah ring otot, mtu saking jariji, bhatara sangkara ring tngah, mtu adalan ring rambut(Bhuta Dengen dari tubuh bersatu dengan raga. Bhuta Dengen di kulit, Bhuta Bang di daging, lalu keluar melalui nanah. Bhuta Saliwah berada di otot, keluar melalui jari-jari. Bhatara Sangkara berada di tengah, keluar melalui rambut). Setelah itu tepuklah dadamu sebanyak tiga kali. Ini adalah mantera menjinakkan bhuta. Ih tka saking sarira, iki tadahan tutur palungha, sun konkon maring syanu, anluh ya, andesti anranjana, mangsula maring awake, apan mangkana panunalah lilah liluh lilah liluh, sing awdi den anembah, wdi wdi wdi (Wahai setelah kau tiba di dalam tubuh, ini ada nasihat untuk bekal kepergianmu. Aku suruh kau ke tempat si anu, sebab ia suka menjalankan ilmu teluh, ilmu desti, ilmu tranjana, maka kembalilah ke dalam dirinya, sebab memang begitulah cara penawarnya. Setiap hal yang menakutkan menyembah dan takut kepadaku),
[28b]� Lanjutkan dengan mantera ini. Ong aku mantenang mangulih-ulih, engko makasa, lambemu makarsa jana, tken awak sariranku, bisa ngko manluh manranjana, mulih atinmu, ngko bisa mamoro maniwang, mulih ring sukunmu, ring tanganmu, sakalwiring mulih ring awak sariranmu, mulih tken somahmu, tken pyanakmu, tka pugpug, dening awak sariranku, klod kawuh papundhuranmu, siddhi kedep mandhi matranku (Ya Tuhan, hamba sedang berdoa untuk mencapai keberhasilan, kaulah yang berkuasa, bibirmu membuat orang-orang senang, maka datanglah ke dalam diriku. Kau bisa menjalankan ilmu teluh dan ilmu tranjana, kembalikanlah ke hatimu. Kau bisa membuat penyakit tiwang moro, kembalikanlah ke tangan dan kakimu. Semuanya kembali ke dirimu, kembali ke istrimu dan anak-anakmu, semua dipukul mundur oleh kekuatan diriku. Pergilah kau ke barat daya. Semoga manteraku mujarab. Lanjutkan lagi dengan mantera ini. Ong mayon minaka salarimu, sama minaka paturonmu, aku sang dangdang putih, kinonkon maring wumahmu, ati ngko sirep, ati ngko sirep, ati ngko sirep, ati ngko sirep, ati ngko sirep (Dengan mengucapkan aksara suci ONG, mayon adalah tempat ayunanmu, sama adalah tempat tidurmu. Aku adalah Sang Dangdang Putih, disuruh datang ke rumahmu, semoga kau tertidur pulas). Sarana yang disiapkan: nasi merah yang ditaruh di dalam tempurung kelapa. Di bawah tempurung kelapa dialasi dengan klatkat sudamala, yang dibawahnya dialasi juga dengan daun byah-byah, daun lateng, sirih, daun sulasih, seekor katak jantan yang diikat dengan benang berwarna hitam. Setelah upacara dilaksanakan, semua sarana yang dipakai tadi dibuang ke jalan umum. [End]

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | belt buckles